Perbandingan Nama Ilahi dalam Tradisi Monoteistik Islam dan Yudaisme

Diedit oleh: Vera Mo

Dalam tradisi monoteistik yang menegaskan satu Pencipta tunggal, penggunaan beragam sebutan bagi Tuhan berfungsi untuk mengartikulasikan spektrum sifat dan interaksi Ilahi dengan alam semesta. Apelasi-apelasi ini mendeskripsikan karakter Tuhan, seperti penyebutan-Nya sebagai Raja atau Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Dalam Islam, sifat 'Merciful' diterjemahkan sebagai Ar-Rahman, sebuah konsep yang memiliki padanan dalam Yudaisme sebagai El Rakhum, menunjukkan adanya kesamaan atribut dalam kedua tradisi tersebut. Tradisi Islam secara spesifik merujuk pada 99 Nama Indah (Asmaul Husna), sementara teks-teks Yahudi menyebutkan sekitar 70 nama, yang kesemuanya memperkuat pemahaman bahwa Keilahian yang tunggal tersebut memiliki kepribadian yang maha meliputi.

Baik Islam maupun Yudaisme memiliki garis keturunan spiritual yang menelusuri kembali ke Nabi Abraham, dan keduanya memegang satu nama Ilahi yang unik dan sakral, berbeda dari gelar deskriptif. Dalam Islam, nama tunggal tersebut adalah Allah, sebuah nama diri yang diyakini oleh sebagian ulama seperti Imam Syafii dan Imam Ghazali sebagai isim jamid yang tidak memiliki akar kata, dan telah diperkenalkan langsung oleh Tuhan melalui Al-Qur'an. Sementara itu, dalam Yudaisme, nama paling intim yang diwahyukan kepada Musa adalah Tetragrammaton, YHVH. Kitab Keluaran 3:13-15 mencatat Tuhan mengidentifikasi diri-Nya sebagai Ehyeh asher Ehyeh, yang menekankan eksistensi Tuhan sebagai Tuhan yang Hidup dan Terus Menjadi. Nama YHVH sendiri diyakini melambangkan “Dia yang menyebabkan keberadaan dan menjadi”.

Karena kesuciannya yang mendalam, praktik keagamaan dalam Yudaisme mewajibkan penggantian nama YHVH dalam ucapan lisan oleh orang Yahudi yang saleh dengan HaShem yang berarti “Sang Nama,” atau Adonai yang berarti “Tuhan”. Nama pribadi ini menggantikan sebutan sebelumnya, El Shaddai, yang sering diterjemahkan sebagai 'Tuhan Yang Maha Mencukupi'. Penggunaan nama YHVH yang sangat dihormati ini berakar pada perintah untuk tidak menyebut nama Tuhan sembarangan, sebagaimana tercatat dalam tradisi Yahudi. Dalam terjemahan Alkitab bahasa Inggris, YHWH sering ditransliterasikan sebagai “The LORD” (semua huruf besar), yang hanya merupakan kata nama umum atau gelar, bukan nama spesifik.

Istilah-istilah umum dalam rumpun bahasa Semit Barat untuk merujuk pada 'sebuah tuhan' atau 'Tuhan' mendahului perjanjian-perjanjian ini, muncul dalam bahasa Ibrani sebagai El, Elah, Elohei, dan Elohim, serta dalam bahasa Arab sebagai Al-Ilah. Kata Elohim dalam Perjanjian Lama sering digunakan dalam bentuk jamak yang menunjukkan kebesaran (pluralis maiestatis), sebuah konstruksi gramatikal yang juga ditemukan dalam Al-Qur'an ketika merujuk kepada Allah dengan kata ganti 'kami'. Kata Allah dalam bahasa Arab sendiri, yang merupakan gabungan dari kata sandang 'al' dan 'ilah', digunakan oleh penutur bahasa Arab, termasuk Yahudi dan Kristen Arab, untuk merujuk kepada Tuhan Yang Esa, meskipun kata 'ilah' secara umum dapat merujuk pada dewa mana pun.

Berbeda dengan istilah umum ini, nama Allah dalam Islam dipandang sebagai nama diri (proper name) yang otentik dan final, yang tidak dapat dikonstruksi secara filosofis oleh akal manusia. Monoteisme, yang berakar pada ajaran Nabi Ibrahim AS, merupakan inti dari Yudaisme, Kekristenan, dan Islam, meskipun konsep Keesaan Tuhan (Tauhid) dalam ketiga agama Abrahamik tersebut memiliki perbedaan interpretatif yang signifikan. Yudaisme secara historis menekankan perjanjian eksklusif dengan Tuhan mereka, YHWH. Sementara itu, Islam menegaskan bahwa Tuhan dipandang tak tertandingi dan tanpa multiplisitas pribadi, dan mengaitkan multiplisitas kepada Tuhan dianggap sebagai syirik. Pemahaman monoteisme radikal ini, yang ditegaskan dalam Islam dengan frasa "lā ʾilāha ʾil ʾallāh" (tiada Tuhan selain Allah), merupakan penegasan keesaan yang mutlak. Setiap nama yang digunakan dalam tradisi-tradisi ini, baik itu Ar-Rahman dalam Islam atau atribut-atribut dalam Yudaisme seperti Elohim yang dikaitkan dengan keadilan dan YHVH yang dikaitkan dengan rahmat, berfungsi untuk memperkaya pemahaman tentang satu Realitas Ilahi yang tunggal.

8 Tampilan

Sumber-sumber

  • Eurasia Review

  • Monotheists Loving One Name Of God Above All Others – OpEd - Eurasia Review

  • God's 99 names and YHVH for Jews and Allah for Muslims | Allen S. Maller - The Blogs

  • God Has a Name: Yahweh - The Far Reaches of Grace

Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?

Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.