Krisis Air Berkelanjutan Mengancam Kapasitas Terusan Panama
Diedit oleh: Tetiana Martynovska 17
Terusan Panama terus menghadapi tantangan signifikan akibat kondisi kekeringan yang persisten, yang diperparah oleh pola El Niño. Hingga 13 September 2025, meskipun tingkat air di Danau Gatun telah naik di atas ambang batas kritis, kapasitas transit harian masih berada di bawah rata-rata sebelum terjadinya kekeringan. Pembatasan ini berdampak besar pada perdagangan global, menyebabkan perpanjangan waktu pengiriman dan peningkatan biaya logistik.
Situasi ini menyoroti kerentanan infrastruktur perdagangan global terhadap dampak perubahan iklim dan menekankan perlunya strategi adaptasi yang lebih baik. Sebagai upaya mengatasi krisis air, Otoritas Terusan Panama (ACP) sedang mengembangkan proyek Bendungan Rio Indio. Proyek ambisius ini dijadwalkan untuk memulai konstruksinya pada tahun 2027, dengan tujuan utama meningkatkan cadangan air secara substansial. Namun, bendungan tersebut diperkirakan tidak akan beroperasi penuh untuk menghadapi peristiwa El Niño berikutnya yang diprediksi terjadi pada tahun 2027.
Proyek Bendungan Rio Indio merupakan bagian dari program proyek air yang lebih luas yang dirancang untuk menjamin pasokan air bagi lebih dari 50% populasi Panama, komunitas terdekat, dan operasional Terusan Panama itu sendiri. Kekeringan yang melanda Terusan Panama telah memaksa otoritas untuk memberlakukan pembatasan jumlah dan ukuran kapal yang dapat melintasinya sejak Juni 2023. Kapasitas transit harian yang biasanya mencapai 36-32 kapal kini dibatasi hanya 24 kapal.
Sekitar 5 persen dari perdagangan maritim global dan 40 persen lalu lintas peti kemas melewati terusan ini, sehingga pembatasan tersebut memiliki dampak yang signifikan terhadap perdagangan global. Studi dari World Weather Attribution menunjukkan bahwa curah hujan di Panama telah menurun sejak 2023, dipengaruhi oleh fenomena El Niño Southern Oscillation (ENSO), yang menyebabkan periode keterlambatan musim hujan dan curah hujan yang lebih rendah di wilayah tersebut.
Sebagai respons terhadap tantangan ini, beberapa perusahaan pelayaran terpaksa mengalihkan rute pelayaran mereka, termasuk melalui Tanjung Harapan di ujung Afrika Selatan, untuk menghindari penundaan dan biaya tambahan yang terkait dengan pembatasan Terusan Panama. Situasi ini menegaskan kembali kebutuhan mendesak akan solusi inovatif dan berkelanjutan untuk menjaga kelancaran arus perdagangan global di tengah perubahan iklim yang semakin nyata. Investasi dalam infrastruktur yang tangguh dan adaptif menjadi kunci untuk memastikan ketahanan rantai pasokan di masa depan.
Sumber-sumber
WebProNews
CNBC
World Ports Organization
Foreign Policy
Baca lebih banyak berita tentang topik ini:
Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?
Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.
