Supermoon Cold Moon Desember 2025 Menandai Akhir Seri Bulan Purnama Super Tahun Ini
Diedit oleh: Tetiana Martynovska 17
Fenomena astronomi penutup tahun 2025, Supermoon Cold Moon, mencapai iluminasi maksimumnya pada hari Kamis, 4 Desember, pukul 18.14 EST, mengakhiri rangkaian tiga supermoon berturut-turut. Peristiwa ini memiliki signifikansi ganda karena Cold Moon, nama tradisional untuk purnama Desember yang dikaitkan dengan penurunan suhu di Belahan Bumi Utara, bertepatan dengan statusnya sebagai supermoon, yaitu ketika Bulan berada di titik terdekatnya dengan Bumi atau perigee dalam orbit elipsnya.
Jarak yang lebih dekat ini menyebabkan Bulan tampak sekitar 14 persen lebih besar dan lebih terang dibandingkan dengan purnama standar, meskipun perbedaan kecerahan hingga 30 persen dari apogee mungkin sulit dikenali tanpa perbandingan langsung. Keunikan Cold Moon 2025 diperkuat oleh posisinya yang relatif tinggi di langit malam tahun itu, sebuah konfigurasi yang dipengaruhi oleh kedekatannya dengan peristiwa Titik Balik Matahari Musim Dingin di Belahan Bumi Utara yang jatuh pada 21 Desember.
Pengamat di Indonesia dapat menikmati penampakan visual yang dramatis ini sejak Kamis sore, 4 Desember, saat Matahari terbenam, hingga Jumat pagi, 5 Desember, saat Matahari terbit. Secara teknis, titik perigee Bulan terjadi pada 4 Desember 2025 sekitar pukul 18.07 WIB, dengan jarak pusat Bumi ke pusat Bulan sekitar 356.900 kilometer. Fase purnama penuhnya tercapai sekitar 12 jam kemudian, yaitu pada 5 Desember 2025 pukul 06.15 WIB. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menggarisbawahi bahwa penampakan visual yang mencolok tetap dapat dinikmati sepanjang malam 4 Desember dan dini hari 5 Desember.
Fenomena ini, yang juga merupakan supermoon terbesar kedua tahun itu, menawarkan kesempatan refleksi di penghujung tahun, sesuai dengan makna budaya Cold Moon sebagai penutup siklus panjang. Secara kultural, istilah Cold Moon berakar dari tradisi penduduk asli Amerika; suku Mohawk mengaitkannya dengan datangnya udara dingin menjelang titik balik Matahari musim dingin, sementara suku Mohican menyebutnya Long Night Moon karena periode tersebut menandai hari terpendek dan malam terpanjang dalam setahun di BBU.
Pengamatan langsung fenomena ini tidak memerlukan peralatan khusus, meskipun teropong atau teleskop kecil dapat menonjolkan detail permukaan Bulan. Faktor meteorologis, seperti kelembaban berlebih dan pembentukan awan, menjadi penghalang utama pengamatan, sehingga pengamat disarankan mencari lokasi terbuka dengan polusi cahaya minimal. Bagi para astronom amatir, fenomena ini merupakan penutup yang istimewa, dan pada saat mencapai posisi tertinggi, Bulan diperkirakan membentuk konfigurasi segitiga yang indah bersama gugus bintang Pleiades dan bintang Aldebaran di rasi Taurus.
Cold Moon Supermoon 2025 menutup seri tiga supermoon yang dimulai sebelumnya pada bulan Oktober dan November. Komunitas astronomi akan menantikan fenomena bulan purnama berikutnya, yaitu Wolf Moon, yang dijadwalkan mencapai puncaknya pada 3 Januari 2026 dan diprediksi sebagai supermoon pertama di tahun baru tersebut. Wolf Moon Januari 2026 akan mencapai puncak iluminasi pada 3 Januari 2026 pukul 05.03 EST, dan dinamakan demikian karena aktivitas melolong serigala yang lebih sering terdengar pada pertengahan musim dingin.
20 Tampilan
Sumber-sumber
WTOP
Alfavita
En Son Haber
The Old Farmer's Almanac
Forbes
The Washington Post
Astronomy Magazine
Live Science
Proson.gr
Το Κουτί της Πανδώρας
ScienceAlert
Logotypos.gr
Star Walk
Ensonhaber
Anadolu Ajansı
T24
Sabah
Bustle
Baca lebih banyak berita tentang topik ini:
Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?
Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.
