Kunjungan Macron ke Tiongkok: Dorongan Gencatan Senjata Ukraina dan Penyeimbangan Defisit Perdagangan
Diedit oleh: Svetlana Velgush
Presiden Prancis Emmanuel Macron menyelesaikan lawatan kenegaraan selama tiga hari ke Republik Rakyat Tiongkok, yang berlangsung dari Rabu, 3 Desember 2025, hingga Jumat, 5 Desember 2025. Kunjungan yang menandai kali keempat Macron sejak 2017 ini berfokus pada dua isu utama: upaya memanfaatkan pengaruh Beijing untuk mendorong gencatan senjata dalam konflik Rusia-Ukraina yang memasuki musim dingin keempat, serta mengatasi defisit perdagangan Uni Eropa yang substansial dengan Tiongkok.
Delegasi Macron, yang mencakup hampir 40 CEO perusahaan terkemuka, menggarisbawahi dimensi ekonomi penting misi tersebut, dengan tujuan mencari akses pasar yang lebih besar bagi perusahaan Prancis di sektor energi dan penerbangan, serta mendorong investasi timbal balik. Di Beijing, Presiden Macron secara formal diterima oleh Presiden Xi Jinping di Aula Besar Rakyat, meskipun upacara penyambutan dipindahkan ke dalam ruangan karena cuaca dingin. Presiden Xi dan Macron kemudian mengadakan pembicaraan bilateral pada hari Kamis, 4 Desember, di mana mereka juga menghadiri penutupan Pertemuan Dewan Bisnis Tiongkok-Prancis yang ketujuh.
Tujuan diplomatik utama adalah meminta Tiongkok, sebagai anggota tetap Dewan Keamanan PBB, untuk menekan Rusia agar menghentikan permusuhan, sebuah seruan yang sebelumnya telah disampaikan Macron pada lawatannya di April 2023 dengan hasil terbatas. Penasihat kepresidenan Prancis secara eksplisit menyatakan harapan agar Tiongkok dapat "menahan diri untuk tidak memberikan sarana apa pun kepada Rusia untuk melanjutkan perang". Tiongkok, di sisi lain, mempertahankan posisi resminya yang konsisten menyerukan perundingan damai dan penghormatan terhadap integritas teritorial, tanpa secara eksplisit mengutuk invasi Rusia tahun 2022.
Secara ekonomi, fokus utama adalah koreksi neraca perdagangan yang timpang. Pada tahun 2024, Uni Eropa mencatat defisit perdagangan barang dengan Tiongkok melebihi 300 miliar euro, dengan angka yang dilaporkan mencapai 305,8 miliar euro menurut data Eurostat. Bagi Prancis sendiri, Tiongkok menyumbang 46% dari total defisit perdagangan negara tersebut pada tahun 2024, setara dengan sekitar 47 miliar euro. Seorang penasihat Macron mengartikulasikan visi ekonomi yang diinginkan: "Penting bahwa Tiongkok mengonsumsi lebih banyak dan mengekspor lebih sedikit, sementara Eropa menabung lebih sedikit dan memproduksi lebih banyak," menekankan perlunya penyeimbangan struktural.
Selain pertemuan dengan Presiden Xi Jinping, jadwal Macron mencakup dialog dengan Perdana Menteri Li Qiang dan Ketua Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional, Zhao Leji. Kunjungan ini bersifat timbal balik, menyusul lawatan kenegaraan Presiden Xi ke Prancis pada tahun sebelumnya, yang menandai peringatan 60 tahun hubungan diplomatik kedua negara. Ketegangan perdagangan antara UE dan Tiongkok telah meningkat, dengan Uni Eropa menyelidiki subsidi kendaraan listrik Tiongkok dan Tiongkok merespons dengan penyelidikan terhadap impor brendi Prancis.
Aspek hubungan bilateral dan budaya juga diintegrasikan dalam kunjungan, di mana Presiden Macron dan istrinya, Brigitte Macron, mengunjungi Pusat Konservasi dan Penelitian Panda Raksasa di Chengdu, setelah dua panda pinjaman dikembalikan ke Tiongkok pada November 2025. Lawatan kenegaraan ini mencerminkan upaya strategis Prancis untuk menavigasi hubungan kompleks dengan Beijing, yang dipandang sebagai mitra, pesaing sistemik, dan rival, sementara Prancis bersiap menjadi tuan rumah KTT G7 pada tahun 2026.
37 Tampilan
Sumber-sumber
Deutsche Welle
Deutsche Welle
Reuters
The Japan Times
Xinhua News Agency
Euromaidan Press
Associated Press
EFE
Reuters
The Japan Times
South China Morning Post
Euromaidan Press
Baca lebih banyak berita tentang topik ini:
Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?
Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.
