Peran Krusial AI dalam Perjuangan Melawan Perubahan Iklim dan Kebutuhan Regulasi

Diedit oleh: Татьяна Гуринович

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), melalui Sekretaris Eksekutif Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC) Simon Stiell, telah menyoroti peran penting kecerdasan buatan (AI) dalam upaya global memerangi perubahan iklim.

Stiell menekankan bahwa AI memiliki potensi besar untuk meningkatkan efisiensi energi dan mendorong pengembangan solusi inovatif guna menekan emisi karbon. AI dapat menjadi instrumen vital dalam mengelola sistem energi yang lebih efisien dan menciptakan terobosan baru untuk mengurangi jejak karbon. Teknologi ini mampu menganalisis data iklim dalam jumlah masif secara cepat, membantu dalam pemetaan risiko iklim, pengelolaan microgrid, serta mendukung perencanaan yang tangguh. Stiell berpendapat bahwa AI, jika dimanfaatkan dengan tepat, dapat memberdayakan kapasitas manusia alih-alih menggantikannya.

Namun, Stiell juga menegaskan urgensi regulasi pemerintah terhadap teknologi ini, mengingat kebutuhan energi yang sangat besar dari pusat data AI yang terus berkembang. Konsumsi listrik pusat data global diproyeksikan akan berlipat ganda pada tahun 2030, mencapai sekitar 945 terawatt jam (TWh), yang merupakan lebih dari konsumsi listrik seluruh Jepang saat ini. AI diperkirakan akan menjadi pendorong utama peningkatan ini, dengan permintaan listrik dari pusat data yang dioptimalkan AI diproyeksikan meningkat lebih dari empat kali lipat pada tahun 2030.

Perkembangan energi terbarukan menunjukkan tren positif yang signifikan. Investasi dalam sektor ini telah meningkat sepuluh kali lipat dalam satu dekade terakhir, mencapai rekor USD 2 triliun pada tahun lalu saja. Investasi energi bersih global diproyeksikan mencapai USD 1,77 triliun pada tahun 2023, melampaui investasi pada bahan bakar fosil. Negara-negara seperti Tiongkok, Amerika Serikat, dan Uni Eropa memimpin dalam investasi energi terbarukan, menunjukkan pergeseran menuju sumber energi yang lebih bersih.

Meskipun demikian, tantangan global dalam menangani perubahan iklim tetap ada. Stiell menyoroti bahwa dampak krisis iklim semakin terasa cepat, menuntut percepatan langkah yang lebih besar. Ia juga mencatat bahwa banyak negara besar belum secara formal menyerahkan rencana nasional baru untuk pengurangan emisi gas rumah kaca sesuai dengan Perjanjian Paris, bahkan ada negara yang menarik diri dari perjanjian tersebut. Hal ini menggarisbawahi perlunya komitmen yang lebih kuat dan tindakan yang lebih terkoordinasi dari semua pihak.

Menghadapi kompleksitas ini, kolaborasi internasional dan regulasi yang bijaksana menjadi kunci. Penting untuk memastikan bahwa pengembangan AI sejalan dengan tujuan keberlanjutan global, dengan insentif untuk inovasi teknologi ramah lingkungan dan penegakan kebijakan yang membatasi emisi karbon. Dengan memanfaatkan potensi AI secara bertanggung jawab dan memperkuat kerja sama global, dunia dapat bergerak lebih efektif menuju masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Sumber-sumber

  • IT News zu den Themen Künstliche Intelligenz, Roboter und Maschinelles Lernen - IT BOLTWISE® x Artificial Intelligence

  • UNFCCC - Executive Secretary

Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?

Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.