Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah menyatakan kesiapannya untuk mengakhiri masa jabatannya setelah invasi skala penuh Rusia berakhir. Pernyataan ini disampaikan dalam sebuah wawancara yang menyoroti prioritasnya untuk mengakhiri konflik dan memulihkan proses demokrasi di negaranya. Zelenskyy menegaskan bahwa tujuan utamanya adalah mengakhiri perang, bukan untuk mempertahankan kekuasaan. Ia menyatakan kesediaan untuk tidak mencalonkan diri kembali jika perang telah usai, menunjukkan fokus pada resolusi damai dan stabilitas jangka panjang Ukraina.
Keputusan ini muncul di tengah situasi yang kompleks, di mana pemilihan umum yang seharusnya dilaksanakan pada tahun 2024 tertunda akibat pemberlakuan darurat militer sejak Februari 2022, menyusul invasi besar-besaran oleh Rusia. Dalam wawancara tersebut, Zelenskyy juga membuka peluang diadakannya pemilihan umum selama periode gencatan senjata, dengan syarat kondisi keamanan yang memadai terpenuhi dan didukung oleh mitra internasional Ukraina. Namun, proses ini tidaklah sederhana. Hukum Ukraina melarang pemilihan umum dilaksanakan selama masa darurat militer berlaku. Selain itu, Komisi Pemilihan Umum Ukraina telah mengindikasikan bahwa persiapan untuk menyelenggarakan pemilu pasca pencabutan darurat militer memerlukan waktu antara sembilan hingga dua belas bulan.
Hal ini menggarisbawahi tantangan logistik dan keamanan yang signifikan dalam mengembalikan proses demokrasi di tengah negara yang masih berjuang untuk memulihkan stabilitas pasca-konflik. Sejak terpilih pada tahun 2019, Zelenskyy telah memimpin Ukraina melalui periode yang sangat menantang. Masa jabatannya yang seharusnya berakhir pada Mei 2024 telah diperpanjang karena keadaan perang yang belum kunjung usai. Meskipun demikian, Zelenskyy terus mempertahankan tingkat kepercayaan publik yang relatif tinggi, dengan survei pada awal September 2025 menunjukkan sekitar 59% warga Ukraina masih mempercayainya. Pengalamannya memimpin di masa krisis telah membentuk persepsi publik terhadap kepemimpinannya, di mana fokus pada pertahanan negara dan diplomasi internasional menjadi sorotan utama.
Invasi Rusia ke Ukraina, yang dimulai pada Februari 2014 dan meningkat menjadi invasi skala penuh pada Februari 2022, telah mengubah lanskap politik dan sosial Ukraina secara drastis. Perang ini tidak hanya menimbulkan krisis kemanusiaan besar dengan jutaan pengungsi, tetapi juga mengganggu stabilitas regional dan global, termasuk rantai pasokan energi dan pangan. Implikasi dari konflik yang berkelanjutan ini sangat luas, memengaruhi ekonomi global dan menuntut respons strategis dari berbagai negara. Dalam konteks ini, pernyataan Zelenskyy tentang kesiapannya untuk mundur dan fokus pada pemilu mencerminkan upaya untuk menavigasi masa depan Ukraina dengan memprioritaskan pemulihan dan proses demokratis, sekaligus menunjukkan komitmen terhadap prinsip-prinsip tata kelola yang baik di tengah ketidakpastian global.