Pavel Durov, pendiri Telegram, mengungkapkan bahwa kekayaan pribadinya dan gaya hidup mewahnya bersumber dari investasi awal yang cerdas dalam Bitcoin, bukan dari pendapatan platform pesanannya.
Durov menjelaskan bahwa ia membeli ribuan Bitcoin pada tahun 2013, ketika harga per koin sekitar $700. Investasi awal ini, yang diperkirakan bernilai beberapa juta dolar, dilakukan saat Bitcoin masih dianggap sebagai eksperimen digital yang berisiko tinggi. Meskipun nilai Bitcoin berfluktuasi tajam, mencapai puncaknya sekitar $1132 pada bulan November dan kemudian turun di bawah $200, Durov tetap memegang asetnya karena keyakinannya pada sifat Bitcoin yang tahan terhadap penyitaan dan sensor politik.
Keputusan ini terbukti sangat menguntungkan, mengingat nilai Bitcoin saat ini jauh melampaui harga pembelian awalnya. Pada Oktober 2025, nilai Bitcoin diperkirakan mencapai ratusan juta dolar, dengan estimasi kepemilikan sekitar 2.500 Bitcoin yang dibeli seharga $1,75 juta, bernilai lebih dari $237 juta.
Berbeda dengan banyak pengusaha teknologi, Durov menganggap Telegram sebagai "operasi merugi" selama lebih dari satu dekade. Model bisnis platform ini, yang mengutamakan privasi pengguna dan menolak monetisasi data pribadi melalui iklan tradisional, mengharuskannya untuk mensubsidi operasi secara pribadi. Telegram baru mencapai profitabilitas pada tahun 2024, dengan pendapatan lebih dari $1 miliar, didorong oleh lebih dari 15 juta pelanggan premium dan pendapatan dari fitur-fitur premium. Menurut Financial Times, pendapatan Telegram pada tahun 2024 mencapai $1,4 miliar, dengan laba bersih $540 juta. Ini menandai tahun pertama profitabilitas bagi perusahaan. Pada tahun 2023, Telegram mencatat kerugian sebesar $173 juta.
Prediksi Durov mengenai Bitcoin mencapai $1 juta per koin didasarkan pada pasokan Bitcoin yang terbatas, yang dibatasi hingga 21 juta koin, menjadikannya aset yang lebih menarik dibandingkan mata uang fiat yang dapat dicetak tanpa batas oleh pemerintah. Pengalaman Durov menunjukkan bagaimana Bitcoin dapat berfungsi sebagai penyimpan nilai yangandal selama fase pengembangan bisnis utamanya yang panjang.
Selain itu, Durov memiliki keterlibatan dengan The Open Network (TON), sebuah proyek blockchain yang awalnya dikembangkan oleh saudara-saudara Durov pada tahun 2018. Meskipun menghadapi tantangan peraturan di Amerika Serikat yang memaksa Telegram untuk menarik diri dari proyek tersebut pada tahun 2020, komunitas pengembang terus melanjutkan pengembangan TON. TON kini telah berevolusi menjadi platform blockchain terdesentralisasi yang mendukung berbagai aplikasi, dengan Toncoin sebagai mata uang kriptonya. Pada April 2024, TON mengintegrasikan Tether (USDT), memperkuat perannya dalam pembayaran lintas batas. Jaringan TON, yang kini menampung lebih dari 800 aplikasi terdesentralisasi, dengan kapitalisasi pasar melebihi $13 miliar, termasuk dalam 10 blockchain teratas.
Kisah Pavel Durov menyoroti potensi investasi awal yang berisiko tinggi dan pandangan jangka panjang terhadap aset digital. Ini juga menggarisbawahi bagaimana sebuah platform yang memprioritaskan privasi dapat berkembang dan mencapai profitabilitas melalui model bisnis yang inovatif, yang pada akhirnya memberikan wawasan berharga tentang lanskap kewirausahaan teknologi dan peran mata uang kripto yang berkembang dalam membangun kekayaan.