Rwanda Memimpin Inovasi Penerbangan dengan Penerbangan Taksi Udara Listrik Otonom Pertama di Afrika

Diedit oleh: Tatyana Hurynovich

Pada 4 September 2025, Rwanda mencetak sejarah penerbangan dengan melakukan penerbangan taksi udara listrik otonom publik pertama di Afrika. Acara penting ini, yang diadakan di Kigali selama KTT Penerbangan Afrika, mengukuhkan posisi Rwanda sebagai pemimpin dalam mobilitas udara perkotaan dan ekonomi ketinggian rendah di benua itu.

Demonstrasi inovatif ini adalah hasil kolaborasi strategis antara Pemerintah Rwanda dan China Road and Bridge Corporation (CRBC), menggunakan pesawat EHang EH216-S. Penerbangan ini disaksikan oleh lebih dari 1.700 peserta, termasuk para pemangku kepentingan industri, regulator, dan investor, yang menyoroti signifikansi tonggak sejarah ini. Otoritas Penerbangan Sipil Rwanda (RCAA) bekerja sama dalam penerbangan ini, memastikan kepatuhan terhadap standar keselamatan dan peraturan.

Menteri Infrastruktur Rwanda, Jimmy Gasore, menyatakan, "Rwanda bercita-cita untuk membuat kota-kota kita lebih terhubung dan ekonomi kita lebih dinamis dengan solusi transportasi inovatif." Pernyataan ini menggarisbawahi visi negara untuk memanfaatkan teknologi canggih guna mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kualitas hidup warga.

EHang EH216-S, yang diproduksi oleh EHang, sebuah perusahaan terkemuka di bidang mobilitas udara perkotaan, dirancang untuk penerbangan otonom. Pesawat ini mampu terbang dengan kecepatan sekitar 130 km/jam dan memiliki jangkauan hingga 30 km. Spesifikasi ini menjadikannya ideal untuk aplikasi mobilitas udara perkotaan awal, yang bertujuan untuk mengurangi kemacetan lalu lintas dan meningkatkan konektivitas di dalam kota.

Kerja sama dengan CRBC, yang memiliki rekam jejak yang terbukti dalam proyek infrastruktur di seluruh Afrika selama 50 tahun, memberikan fondasi yang kuat untuk memperkenalkan teknologi mutakhir ke Rwanda. Langkah Rwanda ini dibangun di atas keberhasilan sebelumnya dalam proyek-proyek kedirgantaraan, termasuk penggunaan drone untuk pengiriman pasokan medis ke daerah-daerah terpencil, yang semakin memperkuat posisinya sebagai pusat inovasi penerbangan di Afrika.

Keberhasilan demonstrasi ini diharapkan dapat menarik lebih banyak minat dan investasi ke pasar mobilitas udara canggih di Afrika, serta menjadi model bagi negara-negara lain yang ingin mengintegrasikan teknologi penerbangan otonom ke dalam infrastruktur transportasi mereka. Namun, Rwanda juga menghadapi tantangan dalam meningkatkan adopsi taksi udara otonom, termasuk pengembangan kerangka peraturan yang komprehensif, pengelolaan ruang udara yang semakin kompleks, dan pembangunan jaringan vertiport untuk mendukung operasi eVTOL. Mengatasi tantangan ini akan membutuhkan upaya terkoordinasi antara badan pemerintah, mitra industri, dan otoritas pengatur internasional.

Sumber-sumber

  • Haberler

  • Aviation Week Network

Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?

Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.