Riyadh, Arab Saudi – Pada 17 September 2025, Pakistan dan Arab Saudi menandatangani Perjanjian Kerja Sama Pertahanan Strategis Bersama di Riyadh, yang menandai peningkatan signifikan dalam hubungan keamanan bilateral kedua negara. Perjanjian ini menegaskan komitmen bersama untuk memperkuat kapabilitas pertahanan kolektif, membina produksi pertahanan bersama, serta menjaga perdamaian dan keamanan regional dan global. Kesepakatan ini secara eksplisit menyatakan bahwa agresi terhadap salah satu negara akan dianggap sebagai serangan terhadap negara lainnya, yang menggarisbawahi ikatan pertahanan yang semakin erat.
Perjanjian ini merupakan puncak dari diskusi bertahun-tahun, mengukuhkan kerja sama pertahanan yang telah terjalin erat selama beberapa dekade. Sejak tahun 1967, Pakistan telah memberikan pelatihan kepada lebih dari 8.200 personel militer Arab Saudi dan secara rutin mengadakan latihan militer gabungan. Kerjasama ini semakin diperkuat pada tahun 1982 melalui perjanjian yang mengatur penempatan personel angkatan bersenjata Pakistan dan pelatihan militer di Arab Saudi. Puncak dari kerjasama ini adalah penempatan sekitar 20.000 tentara Pakistan di Arab Saudi pada akhir 1980-an untuk menjaga situs-situs suci Islam.
Langkah strategis ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah, khususnya setelah insiden serangan Israel ke Qatar pada 9 September 2025. Peristiwa ini memicu respons kolektif dari negara-negara Arab dan Islam melalui sidang darurat Liga Arab dan OKI. Menteri Pertahanan Pakistan, Khawaja Asif, menyatakan bahwa kemampuan nuklir Pakistan termasuk dalam cakupan perjanjian ini, yang menimbulkan spekulasi mengenai potensi perluasan "payung nuklir" Pakistan kepada Arab Saudi.
Para analis melihat perjanjian ini sebagai pengukuhan kemitraan strategis yang telah lama terjalin, yang dapat membentuk kembali lanskap keamanan regional dan mendorong negara-negara Teluk untuk menyeimbangkan hubungan mereka di tengah dinamika kompleks dengan Iran dan Israel. India, sebagai negara tetangga Pakistan yang juga memiliki kekuatan nuklir, menyatakan akan memantau perkembangan ini dengan cermat, mempelajari implikasinya terhadap keamanan nasional dan stabilitas regional.
Secara historis, Arab Saudi telah lama mengandalkan Pakistan untuk dukungan pertahanan, termasuk dalam menjaga keamanan kota-kota suci Mekkah dan Madinah. Laporan sebelumnya juga menyebutkan dukungan finansial dari Arab Saudi untuk program nuklir Pakistan, yang kini diformalkan melalui perjanjian pertahanan ini. Perjanjian ini juga membuka jalan bagi produksi pertahanan bersama, yang berpotensi mencakup pengembangan pesawat nirawak, rudal, jet tempur, dan peralatan pertahanan lainnya, memberikan dorongan signifikan bagi industri pertahanan kedua negara.
Perjanjian ini mengirimkan sinyal strategis kepada Israel, serta menjadi peringatan bagi Iran mengenai penguatan kapabilitas pertahanan Arab Saudi yang kini didukung oleh arsenal konvensional dan nuklir Pakistan. Dengan komitmen yang kuat dan sejarah kerja sama yang panjang, pakta pertahanan ini menandai era baru dalam hubungan Pakistan dan Arab Saudi, dengan potensi dampak yang luas bagi stabilitas kawasan Timur Tengah dan Asia Selatan.