Pada 12 Agustus 2025, Yordania akan menjadi tuan rumah pertemuan penting antara pejabat Amerika Serikat dan Suriah yang bertujuan untuk menyelaraskan upaya internasional dalam membangun kembali ekonomi Suriah yang dilanda perang. Pertemuan ini terjadi di tengah gelombang kesepakatan investasi signifikan yang baru-baru ini ditandatangani oleh Suriah, yang menandai langkah maju yang berarti dalam revitalisasi pasca-konflik negara tersebut.
Pertemuan tingkat tinggi ini akan dihadiri oleh Menteri Luar Negeri Suriah, Asaad al-Shaibani, dan utusan khusus AS untuk Suriah, Thomas Barrack. Agenda utamanya adalah untuk membahas strategi rekonstruksi ekonomi Suriah dan mengoordinasikan dukungan global untuk implementasi proyek-proyek yang efektif. Pertemuan ini merupakan kelanjutan dari diskusi sebelumnya yang diadakan di Amman pada 19 Juli, yang berfokus pada konsolidasi gencatan senjata dan penyelesaian krisis yang sedang berlangsung di provinsi Sweida.
Langkah Suriah untuk menarik investasi asing terlihat jelas dengan penandatanganan 12 perjanjian investasi senilai total $14 miliar. Di antara kesepakatan penting ini adalah kontrak senilai $4 miliar dengan UCC Holding dari Qatar untuk peningkatan bandara internasional Damaskus, yang diharapkan dapat menampung hingga 31 juta penumpang setiap tahunnya. Selain itu, terdapat perjanjian senilai $2 miliar dengan National Investment Corporation dari UEA untuk pembangunan sistem kereta bawah tanah di ibu kota, yang diperkirakan akan melayani sekitar 750.000 komuter setiap hari. Proyek-proyek lain termasuk pengembangan menara perumahan senilai $2 miliar yang akan menyediakan 20.000 unit rumah.
Upaya rekonstruksi Suriah mendapat perhatian internasional yang signifikan. Uni Eropa telah menegaskan kembali komitmennya untuk membantu, dengan menjanjikan hampir €2,5 miliar untuk tahun 2025 dan 2026 guna mendukung proses transisi dan pemulihan sosio-ekonomi Suriah. Bank Dunia juga telah menyetujui hibah sebesar $146 juta untuk rehabilitasi sektor kelistrikan Suriah, yang merupakan langkah pertama dalam rencana Bank Dunia untuk meningkatkan dukungannya bagi negara tersebut. Secara keseluruhan, PBB memperkirakan biaya rekonstruksi pasca-perang Suriah dapat mencapai lebih dari $400 miliar, menyoroti skala tantangan yang dihadapi negara tersebut.
Pertemuan di Yordania ini tidak hanya berfokus pada pembangunan ekonomi tetapi juga bertujuan untuk menumbuhkan stabilitas dan keamanan regional. Dengan adanya kesepakatan investasi yang substansial dan dialog diplomatik yang sedang berlangsung, ada harapan yang tumbuh untuk masa depan Suriah yang lebih stabil dan sejahtera, yang dibangun di atas fondasi kerja sama dan kemajuan bersama.