Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 13 Agustus 2025 menyatakan bahwa gelombang panas ekstrem yang melanda Eropa baru-baru ini merupakan "darurat kesehatan". Deklarasi ini menyoroti dampak signifikan gelombang panas terhadap penyebaran penyakit yang sebelumnya jarang terjadi di benua tersebut, yang berujung pada peningkatan angka rawat inap.
WHO menekankan peningkatan 30% dalam kematian terkait panas selama dua dekade terakhir, dengan lebih dari 100.000 korban jiwa. Mereka juga memperingatkan bahwa angka ini diproyeksikan akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang. Kenaikan suhu yang terus-menerus mengubah lanskap penyakit menular, memperparah tekanan pada layanan kesehatan Eropa. Perubahan iklim secara nyata memfasilitasi penyebaran penyakit yang sebelumnya tidak umum di Eropa. Kasus demam berdarah yang ditularkan secara lokal di Uni Eropa dan Wilayah Ekonomi Eropa mengalami peningkatan tajam sebesar 368% antara tahun 2022 dan 2024.
Selain itu, kunjungan ke ruang gawat darurat selama gelombang panas melonjak, terutama untuk masalah kardiovaskular, pernapasan, dan ginjal. Kesehatan mental juga tidak luput dari dampak. Laporan menunjukkan adanya penurunan kualitas tidur, peningkatan kecemasan, dan penurunan fungsi kognitif. Individu dengan kondisi kesehatan mental yang sudah ada sebelumnya menghadapi risiko lebih tinggi terkena sengatan panas dan rawat inap, karena beberapa obat resep dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk mengatur suhu.
WHO juga menyoroti konsekuensi panas bagi pekerja tertentu yang rentan terhadap sengatan panas dan kelelahan. Temuan ini menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk mengambil langkah-langkah mitigasi terhadap dampak perubahan iklim dan perlindungan kesehatan masyarakat di seluruh Eropa. Data dari WMO menunjukkan bahwa kematian terkait panas di Eropa telah meningkat sekitar 30% dalam dua dekade terakhir, dengan hampir 94% wilayah Eropa yang dipantau mengalami peningkatan ini. Lebih lanjut, studi memperkirakan bahwa pada tahun 2023 saja, hampir 48.000 kematian terkait panas terjadi di seluruh Eropa, sebuah tren yang mengkhawatirkan mengingat Eropa mengalami peningkatan jumlah hari dengan "stres panas kuat" dan "stres panas ekstrem".
Selain dampak fisik, kesehatan mental juga sangat terpengaruh. Suhu tinggi dikaitkan dengan gangguan suasana hati dan perilaku, termasuk peningkatan agresi dan risiko bunuh diri, terutama pada pria. Individu dengan kondisi kesehatan mental yang sudah ada sebelumnya sangat rentan, karena panas dapat memperburuk kondisi mereka dan beberapa obat dapat mengganggu regulasi suhu tubuh.