Militer Israel pada Jumat, 29 Agustus 2025, mengumumkan penetapan Kota Gaza sebagai "zona tempur berbahaya", yang menandai eskalasi konflik dan penghentian jeda kemanusiaan yang sebelumnya diterapkan.
Keputusan ini, yang bertujuan untuk melumpuhkan Hamas dan membebaskan para sandera, menimbulkan kekhawatiran internasional mendalam mengenai dampak kemanusiaan bagi penduduk sipil di Gaza. PBB sebelumnya telah memperingatkan bahwa serangan skala penuh ke Gaza dapat mengurangi separuh kapasitas tempat tidur rumah sakit, memperburuk krisis kesehatan yang sudah ada.
Sebelum deklarasi ini, pasukan Israel telah meningkatkan intensitas bombardir di Kota Gaza, yang dilaporkan mengakibatkan sedikitnya 16 warga Palestina tewas dan banyak lainnya terluka. Eskalasi ini menyebabkan perpindahan massal warga sipil, dengan banyak penduduk terpaksa mengungsi ke arah pesisir.
Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA) menyuarakan keprihatinan serius atas situasi tersebut, menyoroti tingkat malnutrisi yang mengkhawatirkan di kalangan anak-anak di Kota Gaza. Komisaris Jenderal UNRWA, Philippe Lazzarini, menekankan kebutuhan mendesak akan pasokan darurat.
Data hingga 29 Agustus 2025 menunjukkan bahwa konflik ini telah merenggut lebih dari 62.000 nyawa warga Palestina, dengan mayoritas korban adalah perempuan dan anak-anak. Laporan dari The Guardian, +972 Magazine, dan Local Call, berdasarkan data internal militer Israel hingga Mei 2025, mengungkapkan bahwa 83% dari sekitar 53.000 warga Palestina yang tewas adalah warga sipil. Dari jumlah tersebut, hanya sekitar 8.900 yang teridentifikasi sebagai anggota Hamas atau kelompok bersenjata lainnya, sementara lebih dari 44.000 adalah perempuan, anak-anak, dan warga sipil lainnya.
Proporsi ini menempatkan konflik Gaza di antara perang dengan tingkat kematian sipil tertinggi dalam beberapa dekade terakhir, bahkan melebihi pengepungan Mariupol dan mendekati tingkat genosida Rwanda 1994. Organisasi kemanusiaan internasional terus menyerukan tindakan segera untuk mengatasi eskalasi kekerasan yang semakin meluas ini.