AS Menentang Batasan Produksi Plastik Global dalam Negosiasi Traktat PBB

Diedit oleh: Татьяна Гуринович

Jenewa, Swiss – Pada 6 Agustus 2025, Amerika Serikat mengemukakan posisi yang berbeda dari mayoritas negara dalam negosiasi traktat plastik global yang sedang berlangsung. AS mendesak negara-negara untuk menolak pakta yang mencakup ketentuan pembatasan produksi plastik dan penggunaan aditif kimia tertentu. Sikap ini menempatkan Amerika Serikat berlawanan dengan lebih dari 100 negara yang mengadvokasi langkah-langkah yang lebih ketat untuk mengendalikan polusi plastik dari sumbernya.

Strategi pemerintahan AS menekankan solusi hilir, seperti peningkatan proses daur ulang dan perbaikan desain produk, daripada menerapkan langkah-langkah hulu seperti pembatasan produksi. Pendekatan ini sejalan dengan kepentingan produsen petrokimia besar, yang juga melobi menentang pembatasan manufaktur plastik. Para advokat lingkungan menyuarakan keprihatinan bahwa sikap AS ini dapat secara signifikan melemahkan efektivitas traktat dalam mengatasi asal-usul mendasar polusi plastik. Uni Eropa dan negara-negara kepulauan terus memperjuangkan tindakan komprehensif untuk memerangi krisis yang meningkat ini.

Produksi plastik global telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan, dengan perkiraan 400 juta ton diproduksi setiap tahun, menurut data UNEP 2021. Tingkat daur ulang global tetap rendah, dengan hanya sekitar 9% limbah plastik yang didaur ulang. Kenyataan ini menggarisbawahi urgensi yang dirasakan oleh banyak negara, termasuk Uni Eropa, yang mengadvokasi traktat yang menangani seluruh siklus hidup plastik. Uni Eropa adalah bagian dari Koalisi Ambisi Tinggi yang lebih luas, yang terdiri dari 70 negara yang berdedikasi untuk mencapai kesepakatan yang kuat untuk mengakhiri polusi plastik pada tahun 2040.

Industri petrokimia, yang berasal dari produknya dari bahan bakar fosil, telah secara aktif melobi menentang pembatasan produksi. Laporan menunjukkan bahwa pelobi dari perusahaan plastik dan bahan bakar fosil besar secara signifikan melebihi jumlah ilmuwan dan beberapa delegasi nasional dalam pembicaraan, menimbulkan kekhawatiran tentang pengaruh industri. Perusahaan seperti Dow, ExxonMobil, dan Shell dilaporkan telah memperluas kapasitas produksi plastik mereka sejak negosiasi traktat dimulai, sambil secara bersamaan mengadvokasi persyaratan yang lebih lemah. Dinamika ini menyoroti ketegangan kritis antara kepentingan ekonomi dan keharusan lingkungan.

Kelompok lingkungan dan sejumlah besar negara berpendapat bahwa membatasi produksi plastik sangat penting untuk secara efektif memerangi polusi serta dampak kesehatan dan lingkungan yang terkait. Mereka menunjukkan fakta bahwa produksi plastik diproyeksikan akan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2060 jika tren saat ini berlanjut, memperburuk krisis polusi. Laporan Greenpeace UK menyoroti bahwa tujuh perusahaan besar telah menghasilkan plastik yang cukup untuk mengisi 6,3 juta truk sampah sejak negosiasi dimulai, dengan ekspansi kapasitas produksi sebesar 1,4 juta ton selama periode yang sama. Hal ini menunjukkan adanya upaya sistematis dari perusahaan petrokimia untuk menentang pemotongan produksi plastik, yang berpotensi membahayakan tujuan traktat global.

Sumber-sumber

  • The Globe and Mail

  • Oil producer pressure, Trump rollbacks threaten last-chance global plastics treaty

  • Nations gather in Geneva to again confront the world's spiraling plastic pollution crisis

  • Plastics a 'grave' danger to health, scientists warn before UN talks

  • Global action across the plastics lifecycle could nearly eliminate plastic pollution by 2040

Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?

Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.