Perundingan Damai Kongo Terhenti, Masa Depan Stabilitas Regional Dipertanyakan

Diedit oleh: Татьяна Гуринович

Perundingan damai antara pemerintah Republik Demokratik Kongo (DRK) dan kelompok pemberontak M23 di Doha, Qatar, gagal mencapai kesepakatan pada tenggat waktu 18 Agustus 2025.

Kegagalan ini menimbulkan kekhawatiran serius mengenai prospek penyelesaian konflik berkepanjangan di wilayah timur Kongo. Meskipun ada deklarasi prinsip yang ditandatangani pada 19 Juli 2025 di Doha, yang seharusnya mengawali negosiasi pada 8 Agustus dan berakhir dengan perjanjian damai pada 18 Agustus, kemajuan terhenti. M23 menekankan pelepasan tahanan sebagai syarat utama untuk melanjutkan pembicaraan, sementara pemerintah Kongo masih meninjau draf perjanjian yang diajukan oleh mediator. Meskipun tenggat waktu terlewat, diskusi diharapkan akan berlanjut.

Konflik di timur Kongo sendiri telah memburuk secara signifikan pada awal tahun 2025. Pemberontak M23 berhasil merebut kota strategis Goma pada Januari 2025, diikuti oleh penaklukan Bukavu pada Februari 2025. Peristiwa ini menyebabkan ribuan korban jiwa dan jutaan orang terlantar, menciptakan krisis kemanusiaan yang parah. Laporan PBB menyebutkan bahwa M23 bertanggung jawab atas pembunuhan setidaknya 319 warga sipil pada bulan Juli 2025.

Dalam upaya untuk mengatasi akar masalah konflik, Amerika Serikat telah mengambil langkah tegas dengan memberlakukan sanksi terhadap kelompok bersenjata PARECO-FF dan perusahaan yang terlibat dalam perdagangan mineral ilegal. Sanksi ini, yang diumumkan pada 12 Agustus 2025, menargetkan CDMC, East Rise Corporation Limited, dan Star Dragon Corporation Limited, yang dituduh mengeksploitasi mineral kritis melalui kerja paksa dan penyelundupan. Tindakan ini bertujuan untuk memutus aliran dana bagi kelompok bersenjata dan mengatasi eksploitasi sumber daya alam yang memicu ketidakstabilan.

Situasi di lapangan tetap tegang, dengan kedua belah pihak saling menuduh melangkir perjanjian gencatan senjata. Komunitas internasional terus mendesak kepatuhan terhadap perjanjian gencatan senjata dan upaya berkelanjutan untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan. Kegagalan mencapai kesepakatan damai pada tenggat waktu yang ditentukan ini menunjukkan betapa rumitnya tantangan dalam menavigasi konflik yang telah berlangsung lama di wilayah timur DRK, serta pentingnya penyelesaian akar masalah yang mendasarinya.

Sumber-sumber

  • The Star

  • Reuters

  • Associated Press

  • Reuters

Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?

Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.