Bandara Ramon di dekat Eilat, Israel selatan, mengalami gangguan operasional pada Sabtu, 7 September 2025, setelah sebuah drone yang diluncurkan dari Yaman menghantam area kedatangan. Insiden ini memaksa Otoritas Bandara Israel untuk menghentikan sementara seluruh aktivitas penerbangan demi keamanan.
Militer Israel melaporkan adanya "infiltrasi pesawat musuh" yang memicu sirene serangan udara. Israel mengklaim berhasil mencegat tiga dari empat drone yang diluncurkan dari Yaman di luar wilayah udaranya. Namun, satu drone dilaporkan menghantam ruang tunggu penumpang, menyebabkan dua orang luka ringan akibat serpihan. Korban adalah seorang pria berusia 63 tahun dan seorang wanita berusia 52 tahun, yang segera mendapatkan perawatan medis. Kelompok Houthi yang berbasis di Yaman mengklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut, menyatakan ini sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina di tengah konflik Gaza.
Serangan ini juga dipandang sebagai respons atas serangan udara Israel yang dilaporkan menewaskan sejumlah pemimpin senior Houthi di Yaman. Keberanian Houthi dalam menjangkau wilayah Israel menunjukkan peningkatan kapabilitas operasional mereka dalam eskalasi konflik regional. Insiden di Bandara Ramon ini bukan kali pertama Houthi menargetkan Israel; kelompok tersebut telah berulang kali melancarkan serangan rudal dan drone ke arah Israel sejak konflik Gaza memanas pada Oktober 2023, serta menargetkan jalur pelayaran di Laut Merah.
Sebagai balasan, Israel telah melancarkan serangan udara terhadap sasaran militer Houthi di Yaman, menunjukkan dinamika saling balas yang terus berlanjut di kawasan tersebut. Peristiwa ini menggarisbawahi bagaimana ketegangan di satu area konflik dapat meluas dan memengaruhi infrastruktur sipil di wilayah lain, serta keterkaitan berbagai aktor dan konflik di Timur Tengah.