Bank Sentral Korea Selatan, Bank of Korea (BOK), melaporkan bahwa ekonomi Korea Utara mengalami lonjakan pertumbuhan sebesar 3,7% pada tahun 2024. Angka ini merupakan laju pertumbuhan tahunan tercepat yang dicapai oleh negara tersebut dalam delapan tahun terakhir, melampaui pertumbuhan 3,1% pada tahun 2023 dan pemulihan dari kontraksi 0,2% pada tahun 2022.
Pertumbuhan yang mengesankan ini terutama didorong oleh peningkatan signifikan dalam sektor manufaktur, konstruksi, dan pertambangan. Sektor kimia berat, khususnya, mencatat lonjakan luar biasa sebesar 10,7%, yang merupakan rekor tertinggi, sejalan dengan peningkatan produksi produk logam untuk kebutuhan persenjataan yang diekspor ke Rusia. Sektor pertambangan juga menunjukkan kinerja kuat dengan pertumbuhan 8,8%, pencapaian terbesar sejak tahun 1999.
Kinerja positif ini tidak terlepas dari kebijakan domestik yang mendukung serta penguatan kerja sama ekonomi dengan Rusia. Kemitraan strategis yang diperbarui antara Korea Utara dan Rusia, yang mencakup bantuan timbal balik dan kerja sama ekonomi, telah menjadi pilar penting bagi perkembangan ekonomi Pyongyang. Rusia dilaporkan menerima pasokan amunisi dan pasukan dari Korea Utara, sementara sebagai imbalannya, Korea Utara mendapatkan pasokan minyak, pangan, dan transfer teknologi.
Meskipun volume perdagangan total Korea Utara mengalami penurunan 2,6% menjadi $2,7 miliar, ekspornya justru meningkat 10,8% menjadi $360 juta, dengan produk seperti wig dan jam tangan berkontribusi pada kenaikan ini. Pendapatan nasional bruto per kapita Korea Utara pada tahun 2024 diperkirakan mencapai $1.239, yang merupakan sekitar 3,4% dari pendapatan per kapita Korea Selatan.
Laporan BOK ini memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai dinamika ekonomi Korea Utara, yang seringkali menjadi subjek pengawasan internasional karena program nuklir dan rudalnya. Pertumbuhan ini juga terjadi di tengah upaya Korea Utara untuk memperkuat hubungan diplomatik dan militer, termasuk potensi kehadiran pemimpin Kim Jong Un di acara kenegaraan bersama Presiden Rusia Vladimir Putin. Data ini, meskipun merupakan estimasi dari bank sentral Korea Selatan, memberikan wawasan berharga mengenai ketahanan dan arah ekonomi Korea Utara di tengah lanskap geopolitik yang kompleks.