Israel Melancarkan Serangan Darat di Kota Gaza, Meningkatkan Kekhawatiran bagi Sandera di Tengah Diplomasi Internasional

Diedit oleh: S Света

Militer Israel memulai serangan darat di Kota Gaza pada 15 September 2025, yang ditandai dengan serangan udara intensif dan pergerakan tank ke dalam kota. Operasi ini bertujuan untuk melumpuhkan Hamas, namun menimbulkan kekhawatiran signifikan terhadap keselamatan para sandera yang tersisa, memicu respons diplomatik internasional.

Serangan tersebut merupakan eskalasi dari upaya Israel untuk memberantas Hamas, yang telah dipersiapkan selama berminggu-minggu dengan penghancuran bangunan yang meluas dan seruan berulang kali kepada warga sipil untuk mengungsi. Meskipun imbauan evakuasi telah dikeluarkan, sebagian besar penduduk tetap berada di kota tersebut. Laporan dari sumber-sumber Palestina mengkonfirmasi masuknya tank-tank Israel ke pusat kota, sebuah skala operasi yang belum pernah terjadi sebelumnya di Gaza utara dalam dua tahun terakhir. Pejabat Israel telah mengonfirmasi laporan ini.

Situasi ini semakin diperumit oleh dugaan penggunaan sandera oleh Hamas sebagai tameng manusia. Presiden AS Donald Trump mengutuk tindakan Hamas sebagai kekejaman terhadap manusia dan menuntut pembebasan segera semua sandera. Pernyataan ini muncul di tengah pertemuan antara Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Yerusalem. Rubio menegaskan kembali prioritas Washington dalam pembebasan sandera Israel dan penghancuran Hamas, serta menyatakan dukungan penuh pemerintahan Trump kepada Netanyahu.

Keluarga para sandera menyuarakan keputusasaan mereka, memandang serangan di Gaza City sebagai hukuman mati bagi sekitar 20 sandera yang tersisa dan memperingatkan bahwa malam itu bisa menjadi malam terakhir mereka. Mereka menyoroti bahwa Perdana Menteri Netanyahu memikul tanggung jawab pribadi atas nasib para sandera.

Di kancah internasional, pertemuan para pemimpin Arab dan Islam di Doha pada 15 September 2025 menyoroti respons regional terhadap eskalasi kekerasan. Namun, perbedaan pandangan di antara negara-negara tersebut membatasi upaya kerja sama yang berarti. Sementara itu, Menteri Luar Negeri AS Marco Rubio berencana mengunjungi Qatar setelah kunjungannya ke Israel, sebagai bagian dari upaya pemerintahan Trump untuk membatasi dampak hubungan AS dengan negara-negara Teluk akibat serangan Israel di Doha sebelumnya.

Peristiwa ini sangat relevan karena ancaman langsung terhadap kehidupan warga sipil, krisis sandera yang sedang berlangsung, dan keterlibatan pemain internasional utama seperti Amerika Serikat dan negara-negara Arab, yang menyoroti situasi geopolitik yang bergejolak di kawasan tersebut. Pertanyaan mengenai nasib sandera yang tersisa, respons komunitas internasional terhadap konflik yang sedang berlangsung dan keprihatinan kemanusiaan, serta konsekuensi jangka panjang dari serangan ini bagi kawasan tersebut, tetap menjadi fokus utama.

Sumber-sumber

  • Bild

  • The Washington Post

  • Al Jazeera

  • UPI

Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?

Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.