Pada 24 Agustus 2025, Israel melancarkan serangan udara besar-besaran ke Sana'a, Yaman, sebagai balasan atas peluncuran rudal balistik oleh pemberontak Houthi yang ditujukan ke Israel.
Serangan balasan ini, yang melibatkan lebih dari 10 pesawat tempur, menyasar kompleks militer yang menampung istana kepresidenan Yaman, dua pembangkit listrik (Asar dan Hizaz), serta fasilitas penyimpanan bahan bakar. Militer Israel (IDF) menyatakan bahwa sasaran-sasaran tersebut dipilih karena mendukung operasi Houthi, termasuk peluncuran rudal dan drone.
Insiden ini merupakan eskalasi signifikan dalam konflik yang dipicu oleh perang di Gaza sejak Oktober 2023. Pemberontak Houthi telah berulang kali meluncurkan rudal dan drone ke arah Israel serta menargetkan kapal-kapal di Laut Merah sebagai bentuk solidaritas terhadap warga Palestina. Serangan terbaru ini terjadi dua hari setelah Houthi mengklaim telah meluncurkan rudal balistik hipersonik ke Tel Aviv, yang dikonfirmasi oleh Israel sebagai rudal pertama yang menggunakan hulu ledak bom tandan.
Kementerian Kesehatan yang dikelola Houthi melaporkan bahwa serangan udara Israel menyebabkan setidaknya empat korban tewas dan 67 luka-luka. Ledakan kuat terdengar di Sana'a, menyebabkan kerusakan signifikan. Pihak berwenang Yaman yang dikuasai Houthi menuduh Israel melakukan 'agresi brutal' dan menyalahkan Israel serta Amerika Serikat atas 'kejahatan keji' tersebut.
Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mengonfirmasi serangan tersebut dan menyatakan bahwa Israel akan terus menargetkan infrastruktur yang dikuasai Houthi. Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sebelumnya telah memperingatkan bahwa Houthi akan 'membayar mahal' atas agresi mereka.
Serangan ini menimbulkan kekhawatiran internasional mengenai stabilitas regional yang semakin meningkat. Para analis berpendapat bahwa keterlibatan Iran dalam mendukung Houthi, termasuk penyediaan teknologi rudal baru, memperluas medan pertempuran dan menyoroti dimensi regional yang lebih luas dari konflik tersebut. Eskalasi ini juga dapat memperburuk krisis kemanusiaan di Yaman.