Koneksi Pikiran-Usus: Bagaimana Emosi Mempengaruhi Kesehatan Pencernaan Anda

Diedit oleh: Olga Samsonova

Penelitian modern semakin menyoroti hubungan erat antara kondisi psikologis dan kesehatan fisik, terutama pada sistem pencernaan. Inma Borrego, seorang spesialis kesehatan pencernaan, menjelaskan bahwa emosi yang terpendam dan stres kronis dapat secara signifikan memengaruhi fungsi usus. Perasaan yang tidak terungkapkan dapat mengganggu motilitas usus dan keseimbangan mikrobiota, yang berpotensi memicu peradangan pada perut.

Ilmu pengetahuan telah lama mengakui adanya dialog konstan antara otak dan usus, yang sering disebut sebagai sumbu otak-usus. Usus memiliki sistem sarafnya sendiri, yang dijuluki "otak kedua" karena kemampuannya bertindak independen sambil tetap berkomunikasi dengan sistem saraf pusat. Hubungan kompleks ini mengirimkan sinyal melalui berbagai jalur, memengaruhi suasana hati, pilihan, dan kesejahteraan secara keseluruhan. Stres emosional yang berkepanjangan memicu respons "lawan atau lari" dalam tubuh, melepaskan hormon stres seperti kortisol dan adrenalin. Dalam jangka panjang, respons ini dapat berdampak negatif pada sistem pencernaan, menyebabkan gejala seperti sakit perut, kembung, dan perubahan pola buang air besar.

Studi dari Harvard Medical School menunjukkan bahwa stres akibat emosi yang tidak terpendam dapat mengganggu fungsi pencernaan, memperlambat laju pencernaan, dan menyebabkan ketidaknyamanan perut. Borrego menganjurkan pendekatan kesehatan yang terintegrasi, mengakui bahwa kesejahteraan psikologis dan fisik saling memengaruhi. Ia menekankan pentingnya memahami kesehatan secara luas dan kontekstual, tidak hanya mengandalkan tes darah.

Untuk meningkatkan kesehatan pencernaan, Borrego menawarkan metode selama 28 hari yang berfokus pada koneksi pikiran-tubuh. Penelitian yang dipublikasikan dalam Journal of Clinical Psychiatry dan Acta Psychiatrica Scandinavica menunjukkan korelasi antara masalah pencernaan dengan depresi, kecemasan, dan PTSD. Hal ini mengindikasikan bahwa apa yang kita konsumsi dapat memengaruhi suasana hati, dan sebaliknya, kondisi mental dapat memengaruhi kesehatan pencernaan.

Mengadopsi pola makan yang kaya serat, seperti buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, dan biji-bijian, dapat membantu meningkatkan suasana hati dan mengurangi peradangan. Selain itu, menjaga keseimbangan mikrobioma usus melalui diet yang tepat juga dapat memengaruhi kesehatan emosional. Memahami dan mengelola emosi adalah kunci untuk menjaga kesehatan pencernaan yang optimal. Dengan mengintegrasikan kesadaran emosional ke dalam rutinitas harian, individu dapat menumbuhkan hubungan yang lebih harmonis antara pikiran dan tubuh mereka, yang berkontribusi pada kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan.

Sumber-sumber

  • ABC TU DIARIO EN ESPAÑOL

  • Lo que tu mente calla, tu intestino lo grita - Inmaculada Borrego | PlanetadeLibros

  • Inma Borrego, experta en digestión: “No es casualidad que un alimento te siente bien un día y al siguiente te hinche. El intestino responde no solo a lo que comes, sino también a tu estrés, energía y estado del sistema nervioso”

  • Entrevista a la escritora Inma Borrego 'LO QUE CALLA TÚ MENTE, TÚ INTESTINO LO GRITA' | Podcast Solúcar Radio

Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?

Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.