Di tengah laju pembangunan yang kian pesat, Bank Rakyat Indonesia (BRI) melalui program BRI Peduli bertajuk BRInita (BRI Bertani di Kota) menawarkan solusi inovatif untuk mengatasi penyusutan lahan produktif di kawasan urban. Konsep pertanian perkotaan atau urban farming ini merupakan langkah strategis untuk memperkuat kedaulatan pangan di tingkat rumah tangga, memanfaatkan setiap jengkal ruang sempit di area padat penduduk.
Program BRInita, yang merupakan bagian dari tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan, telah menunjukkan dampak signifikan sejak diluncurkan pada awal 2022. Perluasan jangkauannya kini telah mencapai 31 lokasi, memberikan manfaat langsung kepada lebih dari seribu individu. Salah satu pencapaian penting program ini adalah pengakuan yang diraih dalam ajang Mata Lokal Fest 2025 untuk kategori Sustainable Impact in Women-Led Urban Agriculture, menggarisbawahi fokus pemberdayaan ekonomi perempuan dalam komunitas.
Perayaan keberhasilan program ini baru-baru ini diwujudkan melalui acara Panen Raya yang diadakan di Bandung, Jawa Barat, tepatnya di Kebun Agro Wisata Kampung Berkebun Pajajaran, dalam rangka memperingati Hari Pangan Sedunia pada 16 Oktober 2025. Acara ini menjadi momentum untuk mengedukasi peserta mengenai teknik budidaya buah-buahan berkualitas, sekaligus merayakan hasil kerja keras bersama Karang Taruna, anggota PKK, dan warga setempat. BRI juga membekali warga dengan infrastruktur seperti rumah tanaman (green house) dan bibit, serta pelatihan agar pengelolaan lahan urban farming dapat dilakukan secara mandiri dan berkelanjutan.
Efek positif inisiatif ini melampaui hasil panen. Data menunjukkan bahwa hasil panen telah berkontribusi signifikan terhadap pengurangan angka stunting hingga 11,27 persen. Selain itu, program ini secara aktif mengelola limbah dengan menghasilkan 3.982 kg pupuk organik cair, 2.218 liter eco-enzim, dan 80 kg maggot BSF, yang merupakan solusi cerdas untuk mengatasi sampah organik sekaligus menekan emisi gas rumah kaca hingga 238,61 kg CO2-eq. Praktik pertanian organik ini juga mendukung upaya menciptakan pangan yang lebih aman dan bergizi, yang produknya seringkali sulit diakses karena harganya yang tinggi di pasar konvensional.
Pengembangan pertanian di tengah kota ini membuka perspektif baru mengenai kolaborasi komunitas untuk menciptakan kemandirian. Dengan memproduksi pangan secara lokal, ketergantungan pada rantai distribusi eksternal berkurang, yang secara inheren meningkatkan stabilitas ketersediaan pangan di tengah gejolak pasokan. Inisiatif seperti BRInita menegaskan bahwa setiap ruang, sekecil apa pun, dapat diubah menjadi sumber daya yang memberdayakan, mendorong kesadaran kolektif akan pentingnya keberlanjutan dan pemanfaatan potensi yang ada di sekitar.