Topan Nando, yang secara internasional dikenal sebagai Ragasa, telah menunjukkan peningkatan intensitas yang signifikan di atas Laut Filipina. Pada 19 September 2025, badai ini terpantau berada sekitar 1.260 kilometer di timur Luzon Tengah, bergerak ke arah barat laut. Kekuatan angin berkelanjutan maksimum tercatat mencapai 65 kilometer per jam, dengan hembusan hingga 80 kilometer per jam, dan jangkauan angin kencang meluas hingga 380 kilometer.
Prediksi menunjukkan Nando akan melanjutkan pergerakannya ke barat laut sebelum berbelok ke barat-barat laut, menuju wilayah Ekstrem Utara Luzon. Kemungkinan pendaratan di Kepulauan Babuyan diperkirakan terjadi antara Senin sore dan Selasa pagi, 23 September. Badan Meteorologi, Geofisika, dan Astronomi Filipina (PAGASA) telah mengeluarkan peringatan mengenai kemungkinan intensifikasi cepat, dengan Nando berpotensi mencapai status topan pada Sabtu dan bahkan berkembang menjadi topan super.
Interaksi antara Topan Nando dan angin muson barat daya diperkirakan akan menyebabkan curah hujan lebat serta hembusan angin kencang hingga badai di sebagian wilayah Luzon. Kondisi laut di pesisir diprediksi akan menjadi sedang hingga kasar mulai Minggu, dengan ketinggian gelombang yang berpotensi mencapai 14 meter di dekat Ekstrem Utara Luzon. Para pelaut sangat diimbau untuk menghindari pelayaran di laut karena kondisi yang berbahaya.
Filipina memiliki sejarah panjang menghadapi badai kuat. Topan Mangkhut pada September 2018 menghantam Filipina utara dengan angin kencang dan hujan deras, menyebabkan kerusakan luas dan korban jiwa. Lebih baru, Topan Goni pada November 2020 dikategorikan sebagai topan terkuat di dunia tahun itu, memaksa evakuasi besar-besaran. Pengalaman masa lalu ini menggarisbawahi pentingnya kewaspadaan dan kesiapan dalam menghadapi ancaman Topan Nando.
Sementara itu, data dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Indonesia pada 18 September 2025 mengindikasikan adanya dua bibit siklon tropis, 90W di Laut Filipina dan 99W di Laut Cina Selatan, yang berpotensi berkembang menjadi siklon tropis. Meskipun bibit siklon 90W tidak memberikan dampak langsung ke Indonesia, keberadaan sistem cuaca yang aktif di kawasan ini menunjukkan pola cuaca yang dinamis dan berpotensi memengaruhi wilayah sekitarnya, termasuk Filipina. Hal ini menegaskan perlunya pemantauan ketat terhadap perkembangan Topan Nando dan dampaknya.