Pergeseran Iklim Musim Dingin Eropa: Tren Lebih Hangat dan Basah Mengubah Lanskap

Diedit oleh: Tetiana Martynovska 17

Wilayah Eropa bagian utara kini tengah mengalami perubahan signifikan dalam pola iklim musim dinginnya, ditandai dengan peningkatan suhu dan curah hujan yang lebih intens. Tren ini, yang telah teramati selama beberapa dekade terakhir, secara mendasar mengubah ekosistem dan praktik pertanian di seluruh kawasan tersebut. Analisis data iklim menunjukkan adanya peningkatan nyata dalam durasi periode basah dan penurunan periode kering selama musim dingin.

Perubahan ini sangat terkait dengan efek rumah kaca yang diperkuat oleh aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi. Atmosfer yang semakin hangat memengaruhi lintasan dan intensitas badai, yang berujung pada lebih banyak curah hujan alih-alih salju. Eropa telah memanas dua kali lebih cepat dibandingkan benua lain, dengan suhu rata-rata musim dingin sejak Desember 2022 hingga Februari 2023 tercatat 1,4 derajat Celsius lebih panas dibandingkan rata-rata periode 1991-2020.

Sistem ekologi dan sektor pertanian menghadapi tantangan yang cukup besar. Spesies yang bergantung pada suhu dingin yang konsisten untuk bertahan hidup kini menjadi rentan, sementara siklus tanam yang berubah menjadi perhatian serius bagi para petani. Di Eropa utara, produktivitas pertanian berpotensi meningkat karena musim tanam yang lebih panjang dan periode bebas embun beku yang lebih lama, namun di Eropa selatan, peristiwa panas ekstrem dan pengurangan curah hujan diperkirakan akan menghambat produktivitas. Selain itu, perubahan suhu dan musim tanam dapat memengaruhi perkembangbiakan dan penyebaran hama, gulma invasif, atau penyakit yang dapat berdampak pada hasil panen.

Kesehatan masyarakat juga dapat terpengaruh. Musim dingin yang lebih ringan berpotensi meningkatkan prevalensi penyakit yang ditularkan oleh vektor. Kerugian ekonomi akibat cuaca ekstrem di Eropa antara tahun 2012 hingga 2022 saja telah mencapai lebih dari €145 miliar, dengan kerugian ekonomi akibat perubahan iklim meningkat sekitar 2% setiap tahunnya. Sektor pertanian Uni Eropa sendiri mengalami kerugian tahunan sekitar 28,3 miliar Euro atau US$ 31,9 miliar akibat cuaca ekstrem dan perubahan iklim.

Perubahan ini juga memengaruhi fenomena cuaca ekstrem. Melemahnya jet stream, yang dipengaruhi oleh pemanasan di Kutub Utara, dapat menyebabkan polar vortex melemah dan rusak, yang berujung pada hawa dingin ekstrem di Eropa. Namun, tren keseluruhan menunjukkan musim dingin yang semakin hangat dan basah, dengan beberapa wilayah mencatat rekor suhu terpanas dalam sejarah pada musim dingin. Fenomena ini sejalan dengan prediksi ilmiah mengenai cuaca ekstrem sebagai akibat dari pemanasan global yang disebabkan oleh manusia.

Sumber-sumber

  • Scienmag: Latest Science and Health News

  • Changes in the Duration of European Wet and Dry Spells during the Last 60 Years

Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?

Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.

Pergeseran Iklim Musim Dingin Eropa: Tren ... | Gaya One