Wilayah Himalaya di India tengah menghadapi dampak kehancuran akibat banjir bandang dan hujan ekstrem yang meluas. Jalan Nasional 21, jalur transportasi vital yang menghubungkan ke destinasi wisata populer Manali, mengalami kerusakan parah. Sepuluh titik di sepanjang jalan ini dilaporkan hanyut sepenuhnya, sementara lima titik lainnya mengalami kerusakan sebagian. Upaya perbaikan darurat sedang dilakukan untuk memulihkan konektivitas.
Hujan deras yang terus-menerus menyebabkan Sungai Beas meluap, menimbulkan gangguan signifikan. Lebih dari 300 ruas jalan, termasuk jalan nasional, terpaksa ditutup. Kerusakan infrastruktur juga meluas ke sistem pasokan listrik dan air. Departemen Meteorologi India telah mengeluarkan peringatan hujan lebat untuk beberapa distrik, menandakan potensi cuaca buruk yang berkelanjutan.
Otoritas terkait memprioritaskan pemulihan infrastruktur dan memastikan keselamatan penduduk serta para pelancong di tengah situasi krisis ini. Bencana serupa pernah melanda wilayah ini, seperti pada Agustus 2025, di mana banjir bandang dan tanah longsor di Jammu dan Kashmir menewaskan lebih dari 30 orang dan memaksa ribuan warga mengungsi. Curah hujan ekstrem tercatat di Jammu mencapai 296 mm dalam 24 jam, melampaui rekor sejak 1973.
Insiden lain pada Agustus 2025 di Desa Dharali, Uttarakhand, menyebabkan empat orang tewas dan sekitar 50 lainnya hilang akibat tanah longsor dan banjir bandang. Pada tahun 2013, bencana banjir bandang di Uttarakhand menewaskan lebih dari 6.000 orang, yang sebagian ahli kaitkan dengan pembangunan yang tidak terencana dan perubahan iklim yang memperparah dampak bencana di kawasan pegunungan.
Fokus utama saat ini adalah pada pemulihan dan pembangunan kembali, serta peningkatan kesiapsiagaan menghadapi bencana di masa depan. Upaya kolaboratif antara pemerintah, militer, dan badan penanggulangan bencana terus dilakukan untuk mengatasi dampak bencana dan memberikan bantuan kepada mereka yang terdampak.