Aktivitas geomagnetik yang meningkat telah memicu peringatan akan potensi tampilan aurora yang luar biasa, bahkan di garis lintang yang lebih rendah dari biasanya. Fenomena ini disebabkan oleh badai matahari yang semakin intens, termasuk lontaran massa korona (CME) yang diarahkan ke Bumi.
Para ilmuwan di lembaga cuaca antariksa memantau situasi ini dengan cermat, mengantisipasi peningkatan kemungkinan terlihatnya aurora borealis dan australis. Siklus matahari saat ini mendekati puncaknya, yang secara alami meningkatkan frekuensi dan kekuatan peristiwa matahari. Siklus matahari ke-25 diperkirakan mencapai puncaknya dengan prediksi yang bervariasi antara Juli 2025 dan Januari hingga Oktober 2024. Puncak Siklus Matahari 25 mungkin sudah terjadi, dengan beberapa prediksi menunjukkan puncak antara Agustus dan November 2024, meskipun aktivitas tinggi diperkirakan akan berlanjut hingga tahun 2025, dengan aktivitas yang lebih cepat dan lebih kuat dari perkiraan sebelumnya. CME ini berpotensi memengaruhi operasi satelit dan jaringan listrik, meskipun gangguan luas yang signifikan tidak diantisipasi dalam waktu dekat.
Bagi mereka yang berada di wilayah lintang tinggi, ada peluang peningkatan visibilitas aurora selama 48 jam ke depan. Fenomena aurora yang semakin sering terlihat di luar wilayah kutub bukan sekadar keindahan visual, melainkan indikator dinamika aktivitas matahari yang meningkat, yang memengaruhi berbagai aspek kehidupan di Bumi. Interaksi antara partikel bermuatan dari matahari dan medan magnet bumi dapat berdampak pada sistem vital seperti komunikasi satelit, navigasi global, dan infrastruktur energi.
Badai matahari yang kuat pada Mei 2024 lalu, yang merupakan salah satu yang terkuat dalam dua dekade, memicu aurora yang terlihat dari Tasmania hingga Inggris, dan bahkan berpotensi memengaruhi orientasi navigasi burung. Meskipun badai matahari pada Mei 2024 tersebut belum menimbulkan kerusakan yang signifikan, anomali jaringan listrik dilaporkan terjadi akibat arus yang dihasilkan oleh interaksi partikel di atmosfer. Lonjakan pada jaringan listrik ini dapat menyebabkan kerusakan. Hal serupa juga dapat mengganggu komunikasi satelit dan radio frekuensi tinggi.
Pada tahun 1989, badai matahari kuat menyebabkan pemadaman listrik selama 9 jam di Quebec, Kanada, akibat arus yang diinduksi secara geomagnetik, yang memengaruhi lebih dari enam juta orang dan merusak transformator listrik. Meskipun Indonesia berada di wilayah khatulistiwa dan kemungkinan tidak mengalami dampak langsung yang signifikan, gangguan sinyal komunikasi HF dan berkurangnya akurasi GPS bisa terjadi jika badai matahari ekstrem melanda. Para ilmuwan terus memantau aktivitas matahari, yang diperkirakan akan mencapai puncaknya dengan prediksi yang bervariasi antara Juli 2025 dan Januari hingga Oktober 2024, dan aktivitas tinggi diperkirakan akan berlanjut hingga tahun 2025, dengan potensi peristiwa yang lebih spektakuler dan dampaknya yang meluas hingga tahun depan.
Aurora sendiri adalah cahaya alami yang dihasilkan ketika elektron dari luar angkasa mengalir ke medan magnet bumi dan bertabrakan dengan atom di atmosfer atas. Istilah 'aurora' berasal dari bahasa Latin yang berarti 'fajar', dengan aurora borealis di utara dan aurora australis di selatan. Warna-warna aurora, seperti hijau, merah, kuning, biru, dan ungu, bergantung pada jenis gas di atmosfer yang bertumbukan dengan partikel bermuatan dari matahari, terutama oksigen dan nitrogen.