Saham Asia Merosot Akibat Data Ekspor Jepang dan Ketegangan Perdagangan Global

Diedit oleh: Olga Sukhina

Pasar saham Asia Pasifik mengalami penurunan signifikan pada Rabu, 20 Agustus 2025, mencerminkan sentimen negatif yang juga melanda Wall Street. Penurunan ini dipicu oleh data perdagangan Jepang yang menunjukkan kontraksi ekspor sebesar 2.6% secara tahunan pada Juli 2025, angka penurunan tercuram dalam lebih dari empat tahun terakhir. Data ini, ditambah dengan antisipasi keputusan suku bunga Tiongkok, memberikan tekanan pada indeks-indeks regional.

Di Jepang, Nikkei 225 turun 0.93% dan Topix melemah 0.31%. Bursa Korea Selatan, Kospi, kehilangan 1.52%, sementara S&P/ASX 200 Australia dibuka 0.24% lebih rendah. Bursa Hong Kong juga mengindikasikan pembukaan yang lebih lemah. Penurunan ekspor Jepang ini merupakan yang terburuk sejak Februari 2021, melampaui perkiraan pasar yang memproyeksikan penurunan 2.1%. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh dampak tarif yang lebih tinggi yang diberlakukan oleh Amerika Serikat terhadap barang-barang Jepang. Ekspor ke Amerika Serikat secara khusus mengalami penurunan 10.1%, dengan sektor otomotif dan komponennya yang paling terdampak, masing-masing turun 28.4% dan 17.4%. Meskipun volume pengiriman mobil turun hanya 3.2%, hal ini menunjukkan upaya produsen Jepang untuk menyerap biaya tambahan melalui pemotongan harga atau penyerapan biaya, yang dapat memengaruhi margin keuntungan di masa mendatang.

Analis mencatat bahwa produsen Jepang pada akhirnya mungkin perlu meneruskan biaya ini kepada konsumen AS, yang dapat semakin menghambat penjualan di bulan-bulan mendatang. Sentimen pasar global juga dipengaruhi oleh ketegangan perdagangan AS-Tiongkok yang berkelanjutan. Ketegangan ini, yang diperparah oleh pengumuman tarif baru pada April 2025, telah menciptakan ketidakpastian ekonomi yang meluas. Ketidakpastian ini berkontribusi pada aksi jual yang terlihat di bursa-bursa Asia.

Keputusan Tiongkok untuk mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah, dengan suku bunga satu tahun tetap di 3.0% dan suku bunga lima tahun di 3.5%, meskipun ada tanda-tanda perlambatan momentum ekonomi, seperti perlambatan output industri dan pertumbuhan penjualan ritel yang melemah, tidak sepenuhnya meredakan kekhawatiran investor. Para analis mengamati bahwa kebijakan moneter Tiongkok yang hati-hati ini, yang cenderung pada penyesuaian yang ditargetkan daripada pemotongan suku bunga yang luas, mencerminkan keseimbangan antara mendukung pemulihan ekonomi dan mengelola risiko inflasi serta stabilitas keuangan.

Secara keseluruhan, data ekspor Jepang yang lemah dan ketegangan perdagangan global yang terus berlanjut menciptakan lingkungan pasar yang menantang bagi investor di Asia. Dampak tarif AS terhadap ekspor Jepang, khususnya di sektor otomotif, menyoroti kerentanan ekonomi yang bergantung pada ekspor terhadap kebijakan perdagangan internasional. Sementara itu, keputusan suku bunga Tiongkok yang stabil, meskipun bertujuan untuk mendukung ekonomi, belum cukup untuk mengimbangi sentimen negatif yang dipicu oleh faktor-faktor eksternal ini.

Sumber-sumber

  • CNBCindonesia

  • Reuters: Ekspor Jepang Turun 2,6% pada Juli 2025

  • Liputan6: Bursa Saham Asia-Pasifik Jatuh Hari Ini

  • Bisnis.com: Ekspor Jepang Anjlok Akibat Tarif Trump, Defisit Neraca Dagang Tembus 117,5 Miliar Yen

  • BBC News Indonesia: Bursa Saham Asia Anjlok, Penurunan Terburuk dalam Beberapa Dekade Terakhir – Apa Penyebabnya?

  • Liputan6: Bursa Saham Asia-Pasifik Beragam Tersengat Sentimen Gencatan Tarif AS-China

Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?

Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.