Google telah memperkenalkan standar pembayaran sumber terbuka yang dirancang untuk memungkinkan agen AI melakukan transaksi keuangan secara mandiri. Inisiatif ini, yang dibangun di atas kerangka kerja Agent-to-Agent (A2A) Google yang sudah ada, menandai langkah signifikan dalam memfasilitasi perdagangan dan transaksi keuangan antar-mesin (machine-to-machine/M2M). Standar baru ini mendukung transfer dana, termasuk stablecoin yang dipatok ke dolar AS, serta terintegrasi dengan jaringan kartu tradisional dan aset berbasis blockchain.
Pengembangan ini bertujuan untuk menyederhanakan dan menstandarkan pembayaran dalam ekosistem AI yang berkembang pesat. Peluncuran pada September 2025 ini merupakan perluasan dari spesifikasi Agent-to-Agent (A2A) Google yang diperkenalkan pada April 2025, yang bertujuan untuk menstandarkan komunikasi antar agen AI. Dengan penambahan kemampuan pembayaran, standar baru ini memungkinkan verifikasi persetujuan pengguna, penetapan batasan keamanan (guardrails), dan penyelesaian transaksi yang efisien.
James Tromans, yang memimpin divisi Web3 di Google Cloud, menyatakan bahwa protokol ini dikembangkan "dari dasar" untuk mendukung sistem keuangan warisan dan stablecoin, menggarisbawahi komitmen Google untuk menjembatani keuangan tradisional dan aset digital. Kolaborasi dalam pengembangan ini melibatkan lebih dari 60 perusahaan, termasuk pemain besar seperti Coinbase, Salesforce, American Express, Etsy, dan CME Group, yang menunjukkan upaya kolektif untuk membentuk masa depan perdagangan yang digerakkan oleh AI.
Langkah Google ini sejalan dengan tren yang lebih luas dalam industri teknologi yang melihat konvergensi AI dan blockchain. Ethereum Foundation, misalnya, telah membentuk tim riset AI terdesentralisasi (dAI) yang bertujuan untuk memposisikan blockchain Ethereum sebagai lapisan dasar bagi ekonomi AI. Tim dAI ini berfokus pada pengembangan infrastruktur AI yang terdesentralisasi dan standar seperti ERC-8004 untuk memverifikasi kepercayaan agen AI. Selain itu, CME Group sedang menjajaki tokenisasi aset menggunakan Google Cloud Universal Ledger (GCUL), sebuah DLT yang dirancang untuk institusi keuangan, dengan rencana uji coba yang melibatkan klien pada tahun 2026.
Inisiatif-inisiatif ini menyoroti pergeseran strategis menuju otomatisasi dan efisiensi dalam sistem keuangan, didorong oleh kemampuan AI yang semakin canggih. Pengenalan standar pembayaran ini berpotensi mengubah berbagai industri dengan memungkinkan agen AI untuk melakukan tugas-tugas ekonomi secara rutin, seperti berbelanja, bertindak sebagai perantara, atau melakukan operasi back-office. Dukungan untuk stablecoin, khususnya, dapat memperluas kegunaan mata uang kripto melampaui sekadar perdagangan, memungkinkan transaksi yang terverifikasi dan dapat diaudit antar agen perangkat lunak dan sistem perusahaan.
Hal ini membuka jalan bagi model bisnis baru dan peningkatan efisiensi operasional, di mana agen AI dapat mengelola pembayaran secara otonom untuk sumber daya, layanan, atau bahkan satu sama lain, yang merupakan elemen kunci dari Industri 4.0. Dengan kemampuannya untuk memproses data dalam jumlah besar dan membuat keputusan cerdas, agen AI dapat mengoptimalkan rantai pasokan, mempersonalisasi pengalaman pelanggan, dan bahkan mendeteksi serta mencegah penipuan, yang semuanya berkontribusi pada lanskap perdagangan yang lebih efisien dan aman.