Sebuah set lengkap foto-foto Peri Cottingley, termasuk gambar kelima yang langka, telah terjual dalam lelang di Lincolnshire, Inggris, seharga £3.100 (sekitar Rp 59 juta).
Koleksi foto ini ditemukan oleh sebuah keluarga petani di Devon setelah melihat memorabilia Peri Cottingley dalam program Antiques Roadshow. Kisah Peri Cottingley bermula pada tahun 1917 di desa Cottingley, Yorkshire Barat, ketika dua sepupu muda, Elsie Wright (16 tahun) dan Frances Griffiths (9 tahun), membuat serangkaian foto yang konon memperlihatkan mereka bermain dengan peri. Mereka terinspirasi oleh ilustrasi peri dalam buku anak-anak dan menggunakan guntingan kertas yang diperkuat peniti untuk menciptakan sosok-sosok ajaib tersebut. Foto-foto ini diambil menggunakan kamera Midge milik ayah Elsie.
Meskipun ayah Elsie skeptis, ibunya yang tertarik pada mistisisme membawa foto-foto tersebut ke Theosophical Society. Di sana, foto-foto itu menarik perhatian Edward Gardner, yang kemudian membagikannya kepada Sir Arthur Conan Doyle, pencipta Sherlock Holmes. Doyle, seorang penganut spiritualisme yang kuat, menerbitkan foto-foto tersebut dalam majalah The Strand edisi Desember 1920, menganggapnya sebagai bukti nyata keberadaan peri. Hal ini memicu sensasi publik dan perdebatan sengit mengenai keasliannya, terutama di era pasca-Perang Dunia I yang mencari harapan.
Lelang yang diadakan di John Taylors di Louth, Lincolnshire, menyaksikan perang penawaran sengit. Pembeli yang beruntung, seorang wanita dari Rossendale, Lancashire, merasa emosional setelah berhasil mendapatkan koleksi bersejarah tersebut. Harga akhir £3.100 sedikit melebihi perkiraan pra-lelang.
Meskipun Elsie dan Frances mengakui pada tahun 1980-an bahwa foto-foto tersebut sebagian besar adalah rekayasa (meskipun Frances bersikeras foto kelima asli), daya tarik Peri Cottingley tidak pernah pudar. Penjualan ini menggarisbawahi bagaimana cerita yang memadukan kepolosan masa kecil, keajaiban yang dirasakan, dan tipuan cerdik dapat terus memikat audiens lintas generasi.