Dewan Kerjasama Negara-Negara Teluk (GCC) bersiap untuk meluncurkan Visa Turis Terpadu, yang dikenal sebagai Visa GCC Grand Tours, pada kuartal keempat tahun 2025. Inisiatif ini akan menyatukan enam negara anggota – Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Kuwait, Qatar, Bahrain, dan Oman – menjadi satu destinasi wisata yang kohesif, memungkinkan pelancong internasional untuk menjelajahi kawasan Teluk hanya dengan satu aplikasi visa. Langkah ini, yang terinspirasi oleh model Visa Schengen di Eropa, bertujuan untuk menyederhanakan proses perjalanan dan menghilangkan kerumitan pengajuan visa terpisah.
Abdulla bin Touq Al Marri, Menteri Ekonomi dan Pariwisata UEA, menekankan bahwa visa terpadu ini adalah instrumen kunci untuk integrasi regional yang lebih dalam, yang akan secara signifikan meningkatkan daya tarik Semenanjung Arab sebagai tujuan wisata tunggal. Wisatawan akan mendapatkan manfaat dari nilai perjalanan yang lebih besar, liburan multi-kota yang lebih spontan, dan pengalaman lintas batas yang mulus, yang berpotensi menurunkan hambatan administratif dan biaya perjalanan. Sektor bisnis juga diproyeksikan akan mengalami peningkatan pengeluaran wisatawan, yang menguntungkan industri perhotelan, penerbangan, transportasi, dan ritel, serta menciptakan lapangan kerja baru dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Diperkirakan bahwa permintaan untuk layanan hotel akan meningkat, terutama di kota-kota yang kurang dikenal, yang dapat menyebabkan peningkatan tingkat hunian hotel hingga 25% dalam tiga tahun ke depan.
Peluncuran visa ini terjadi di tengah pertumbuhan pariwisata GCC yang luar biasa. Pada tahun 2024, pariwisata di kawasan GCC berkontribusi sebesar $247,1 miliar terhadap PDB regional, menandai peningkatan hampir 32 persen dibandingkan tahun 2019. Diperkirakan bahwa pengeluaran pariwisata di negara-negara GCC akan mencapai 188 miliar dolar AS pada tahun 2030. Perjalanan intra-GCC juga mengalami lonjakan tajam, meningkat sebesar 52 persen, dengan 19,3 juta pengunjung melakukan perjalanan antar negara anggota. Arab Saudi memimpin tren ini, menyambut rekor 30 juta pengunjung internasional pada tahun 2024. Angka-angka ini menggarisbawahi potensi besar kawasan ini dan bagaimana visa terpadu akan semakin memperkuat posisinya sebagai tujuan wisata global terkemuka.
Visa ini tidak hanya menargetkan wisatawan internasional tetapi juga jutaan penduduk asing yang tinggal di negara-negara GCC, memberikan mereka mobilitas yang lebih mudah di seluruh wilayah. Hal ini mencerminkan visi yang lebih luas tentang kesatuan dan kolaborasi, di mana setiap individu dapat dengan mudah merasakan keragaman budaya dan keindahan yang ditawarkan oleh setiap negara anggota. Lebih jauh lagi, inisiatif visa terpadu ini selaras dengan proyek infrastruktur regional yang ambisius, seperti Jaringan Kereta Api GCC yang direncanakan selesai pada tahun 2030. Jaringan kereta api ini akan menghubungkan keenam negara anggota melalui jaringan sepanjang sekitar 2.117 kilometer, yang semakin memfasilitasi pergerakan antar negara dan memperkaya pengalaman wisatawan. Dengan visa yang menyederhanakan akses dan infrastruktur yang menghubungkan, GCC semakin memposisikan dirinya sebagai destinasi terintegrasi yang menarik.
Meskipun biaya pasti dan masa berlaku visa belum diumumkan, diharapkan visa ini akan berbayar dan menawarkan berbagai pilihan durasi tinggal, kemungkinan dari 30 hingga 90 hari. Proses pengajuan akan sepenuhnya digital dan dilakukan melalui platform online terpusat, yang akan membuatnya senyaman mungkin bagi wisatawan.
Peluncuran Visa GCC Grand Tours bukan sekadar kemudahan administratif; ini adalah langkah strategis menuju integrasi yang lebih dalam, mendorong saling pengertian, dan membuka jalan bagi era baru pariwisata dan kemakmuran bersama di seluruh kawasan Teluk.