Pada malam 13-14 September 2025, pasukan operasi khusus dan sistem nirawak Ukraina melancarkan serangan drone yang menargetkan kilang minyak Kirishi, yang juga dikenal sebagai Kirishinefteorgsintez (KINEF), di Oblast Leningrad, Rusia. Fasilitas ini merupakan salah satu kilang pengolahan minyak terbesar di Rusia, dengan kapasitas tahunan sekitar 20 juta ton minyak mentah. Gubernur Oblast Leningrad, Alexander Drozdenko, melaporkan bahwa sistem pertahanan udara Rusia berhasil mencegat tiga drone di sekitar Kirishi. Pecahan dari drone yang jatuh tersebut memicu kebakaran di kilang, yang kemudian berhasil dipadamkan. Tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut.
Staf Umum Ukraina mengonfirmasi serangan tersebut, menekankan bahwa kilang Kirishi adalah pengolah minyak terkemuka di Rusia yang memproduksi sekitar 80 jenis produk minyak bumi, termasuk bensin, diesel, dan bahan bakar aviasi. Fasilitas ini juga berperan dalam memasok kebutuhan angkatan bersenjata Rusia. Serangan ini merupakan bagian dari strategi Ukraina yang lebih luas untuk menargetkan infrastruktur energi Rusia, dengan tujuan melemahkan kekuatan ekonomi negara tersebut dan membatasi kemampuan pasokan bahan bakar bagi militer mereka.
Serangan ini memicu diskusi internasional mengenai sanksi energi terhadap Rusia. Amerika Serikat, melalui mantan Presiden Donald Trump, telah meningkatkan upayanya untuk mendorong negara-negara NATO agar menerapkan sanksi energi yang lebih ketat terhadap Rusia, dengan tujuan memutus aliran pendapatan Moskow. Trump menyatakan kesiapannya untuk memberlakukan sanksi besar jika semua negara NATO sepakat untuk menghentikan pembelian minyak Rusia. Sementara itu, Uni Eropa mempertahankan komitmennya untuk menghentikan impor minyak dan gas Rusia secara bertahap pada tahun 2028, meskipun ada desakan dari AS untuk mempercepat proses tersebut. Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen, mengindikasikan bahwa Uni Eropa sedang mempertimbangkan percepatan penghentian bahan bakar fosil Rusia sebagai bagian dari paket sanksi baru.
Kilang Kirishi, yang dioperasikan oleh Surgutneftegas, memproses sekitar 17,7 juta metrik ton minyak mentah per tahun, yang setara dengan sekitar 6,4% dari total kapasitas kilang Rusia. Serangan ini menambah kekhawatiran tentang potensi eskalasi konflik dan dampaknya terhadap pasar energi global. Analis pasar menilai bahwa aksi semacam ini berpotensi mendorong kenaikan harga minyak mentah dunia, meskipun dampak jangka panjangnya masih perlu dicermati. Peristiwa ini menyoroti peran penting infrastruktur energi sebagai target strategis dalam konflik yang sedang berlangsung.