Pada 13 Agustus 2025, Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva meluncurkan Ukuran Sementara Kedaulatan Brasil, sebuah inisiatif yang menetapkan paket bantuan senilai R$30 miliar. Paket ini dirancang untuk mendukung perusahaan-perusahaan Brasil yang terdampak oleh kenaikan tarif impor yang diberlakukan oleh Amerika Serikat. Tarif baru tersebut menaikkan bea masuk dari 10% menjadi 50% untuk berbagai produk Brasil, yang berdampak signifikan pada sektor-sektor vital seperti kopi, daging, makanan laut, tekstil, alas kaki, dan buah-buahan.
Paket bantuan ini mencakup penyediaan jalur kredit sebesar R$30 miliar melalui Dana Jaminan Ekspor, yang bertujuan memberikan dukungan finansial segera kepada perusahaan yang terkena dampak. Selain itu, pemerintah mengumumkan langkah-langkah bantuan fiskal, termasuk pengembalian pajak senilai R$5 miliar melalui program Reintegra, yang akan diperluas untuk mencakup semua perusahaan pengekspor, termasuk usaha mikro dan kecil. Presiden Kamar Deputi, Hugo Motta, menyatakan bahwa badan legislatif akan memprioritaskan pemungutan suara terhadap ukuran sementara ini, sementara Presiden Senat, Davi Alcolumbre, berkomitmen untuk menganalisisnya secara bertanggung jawab. Langkah domestik ini merupakan bagian dari strategi yang lebih luas untuk memperkuat ketahanan ekonomi Brasil, termasuk diversifikasi pasar ekspor ke negara-negara seperti Tiongkok, Rusia, dan India, serta upaya untuk mengurangi ketergantungan pada pasar Amerika Utara. Brasil juga telah mengajukan keberatan terhadap tarif AS di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Tarif AS ini merupakan bagian dari kebijakan proteksionis yang lebih luas, dengan alasan yang dikemukakan AS mencakup tuduhan praktik yang tidak adil terhadap perusahaan teknologi AS dan kritik terhadap proses hukum terhadap mantan Presiden Jair Bolsonaro. Sektor makanan laut Brasil, misalnya, menghadapi tantangan signifikan dengan ekspor tahunan senilai sekitar $400 juta ke AS yang kini terancam. Paket bantuan senilai R$30 miliar, yang setara dengan sekitar US$5,55 miliar, dipandang sebagai langkah penting untuk memberikan likuiditas dan menjaga stabilitas pasar. Para ahli menekankan bahwa diversifikasi pasar ekspor ke negara-negara seperti Tiongkok dan anggota BRICS lainnya sangat krusial untuk mengurangi kerentanan terhadap fluktuasi pasar tunggal.