Peneliti di University of Minnesota Twin Cities telah mengembangkan sistem kawanan drone yang didukung kecerdasan buatan (AI) untuk memantau dan menganalisis asap kebakaran hutan, yang bertujuan meningkatkan prediksi kualitas udara dan respons terhadap bahaya. Sistem ini, yang diperkenalkan pada Agustus 2025, menggunakan satu drone manajer dan empat drone pekerja, masing-masing dilengkapi kamera 12 megapiksel, baterai 6000 mAh, pengontrol penerbangan canggih, dan prosesor NVIDIA Jetson untuk deteksi asap real-time dan penerbangan adaptif.
Selama uji lapangan, kawanan drone ini berhasil menangkap gambar resolusi tinggi dari gumpalan asap dari berbagai sudut, memungkinkan pembuatan rekonstruksi 3D yang detail. Data ini sangat berharga untuk menganalisis bentuk, arah, dan aliran asap, yang berkontribusi pada peningkatan model perilaku api dan prediksi kualitas udara. Teknologi ini relevan mengingat meningkatnya frekuensi dan intensitas kebakaran hutan yang dipicu oleh perubahan iklim. Kemampuan sistem untuk memberikan data real-time dan analisis mendalam tentang pergerakan asap menawarkan solusi yang lebih efisien dan hemat biaya dibandingkan metode pemantauan tradisional, termasuk citra satelit.
Penelitian ini, yang didukung oleh National Science Foundation, telah dipublikasikan dalam jurnal Science of the Total Environment. Sebagai konteks yang lebih luas, integrasi teknologi drone dalam manajemen kebakaran hutan juga dieksplorasi di negara lain. Contohnya, pada Juli 2025, Yunani melakukan latihan skala besar bernama “Through Fire” untuk menguji integrasi drone dalam respons kebakaran hutan, yang menunjukkan bagaimana umpan video drone secara real-time dapat digunakan untuk mengoordinasikan upaya pemadaman api.
Para peneliti menyimpulkan bahwa teknologi kawanan drone ini memiliki potensi untuk meningkatkan deteksi bahaya dini dan menginformasikan perencanaan darurat, menawarkan metode yang hemat biaya dan efisien untuk pengumpulan data secara real-time. Dengan terus mengembangkan teknologi seperti ini, kesiapsiagaan dan respons terhadap bencana alam yang semakin sering terjadi dapat ditingkatkan.