Armenia dan Pakistan secara resmi menjalin hubungan diplomatik pada 31 Agustus 2025, menandai sebuah momen bersejarah yang mengakhiri puluhan tahun ketegangan diplomatik. Pengumuman ini dikeluarkan melalui sebuah komunike bersama antara Menteri Luar Negeri Armenia, Ararat Mirzoyan, dan Wakil Perdana Menteri serta Menteri Luar Negeri Pakistan, Ishaq Dar, yang dilakukan di sela-sela KTT Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) di Tianjin, Tiongkok.
Secara historis, Pakistan tidak mengakui Armenia sebagai negara berdaulat, sebuah sikap yang berakar pada konflik Nagorno-Karabakh yang berkepanjangan antara Armenia dan Azerbaijan. Pakistan secara konsisten mendukung Azerbaijan dalam konflik tersebut, bahkan memveto status pengamat Pakistan di Majelis Parlemen Organisasi Perjanjian Keamanan Kolektif (CSTO) pada akhir 2016. Namun, kesepakatan perdamaian baru-baru ini antara Armenia dan Azerbaijan, yang difasilitasi oleh Amerika Serikat, tampaknya telah menciptakan momentum baru untuk normalisasi hubungan di kawasan tersebut.
Wakil Perdana Menteri Pakistan, Ishaq Dar, menyatakan bahwa kesepakatan perdamaian antara Armenia dan Azerbaijan menjadi dasar bagi Pakistan untuk mempertimbangkan kembali hubungannya dengan Armenia. "Karena Armenia dan Azerbaijan telah menyelesaikan perbedaan mereka dan menjalin hubungan diplomatik, masalah apa yang kita miliki?" ujar Dar. Penjalinan hubungan diplomatik ini mencakup komitmen bersama untuk menghormati prinsip-prinsip Piagam PBB, termasuk penghormatan terhadap kedaulatan, integritas teritorial, non-agresi, dan non-intervensi.
Kedua negara sepakat untuk menjajaki peluang kerja sama di berbagai bidang, termasuk ekonomi, pendidikan, budaya, dan pariwisata. Langkah ini disambut baik oleh komunitas internasional sebagai perkembangan positif yang berpotensi meningkatkan stabilitas dan kerja sama regional. Perkembangan ini juga terjadi di tengah lanskap geopolitik yang lebih luas, di mana Tiongkok terus memperluas pengaruh ekonominya melalui inisiatif seperti Koridor Ekonomi Tiongkok-Pakistan (CPEC).
Kunjungan Perdana Menteri Pakistan, Shehbaz Sharif, ke Tiongkok untuk menghadiri KTT SCO juga menekankan pentingnya hubungan bilateral yang semakin erat antara Pakistan dan Tiongkok, serta potensi perluasan CPEC ke Afghanistan. Dalam konteks ini, langkah Armenia untuk meningkatkan status hubungannya dengan Beijing menjadi kemitraan strategis menunjukkan upaya Armenia untuk memperkuat kolaborasi Belt and Road dan memperluas konektivitas.
Secara keseluruhan, pembentukan hubungan diplomatik antara Armenia dan Pakistan bukan hanya sebuah peristiwa bilateral, tetapi juga mencerminkan pergeseran yang lebih luas dalam dinamika regional. Ini adalah kesempatan bagi kedua negara untuk membangun jembatan pemahaman, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berkontribusi pada perdamaian serta kemakmuran yang berkelanjutan di kawasan tersebut.