Stockholm, Swedia – World Water Week ke-35, yang diselenggarakan oleh Stockholm International Water Institute (SIWI), akan berlangsung dari 24 hingga 28 Agustus 2025 di Stockholm dan secara daring. Konferensi ini mengusung tema "Water for Climate Action" (Air untuk Aksi Iklim), menekankan peran vital air dalam mengatasi tantangan perubahan iklim global.
Perubahan iklim secara signifikan memengaruhi ketersediaan, kualitas, dan distribusi sumber daya air. Kenaikan suhu global, pola curah hujan yang tidak menentu, dan peristiwa cuaca ekstrem mengganggu siklus hidrologi. Laporan PBB menunjukkan bahwa lebih dari dua miliar orang di seluruh dunia saat ini tidak memiliki akses ke air minum yang aman, dan sekitar setengah dari populasi global mengalami kelangkaan air parah setidaknya selama beberapa waktu dalam setahun. Situasi ini diperkirakan akan memburuk akibat perubahan iklim dan pertumbuhan populasi. Hanya 0,5% dari total air di Bumi yang merupakan air tawar yang dapat digunakan, dan perubahan iklim secara berbahaya memengaruhi pasokan terbatas ini. Selama dua dekade terakhir, penyimpanan air terestrial, termasuk kelembaban tanah, salju, dan es, telah menurun rata-rata 1 cm per tahun, yang memiliki implikasi besar bagi ketahanan air global.
Konferensi ini akan menjadi platform penting untuk mendiskusikan percepatan kemajuan dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 6 (SDG 6) bagi Negara Berkembang Terkurung Daratan (LLDCs). LLDCs menghadapi tantangan yang lebih besar karena situasi geografis dan sosial ekonomi mereka, dengan 60% wilayah mereka berada di daerah kering dan banyak yang berada di wilayah pegunungan yang rentan terhadap bencana terkait iklim dan pencairan gletser. Kesenjangan pendanaan, kurangnya koordinasi antar mitra pembangunan, serta kurangnya data dan kapasitas teknis merupakan hambatan signifikan dalam mencapai target SDG 6 di negara-negara ini.
Sebuah sesi penting, "Tap, Invest, Transform: The Future of Water and Sanitation Financing," yang diselenggarakan bersama IFAD, GCF, Sida, dan UNICEF, bertujuan untuk menjembatani kesenjangan pembiayaan dalam layanan air dan sanitasi. Sesi ini akan mengeksplorasi model pendanaan inovatif untuk memastikan akses universal ke air minum yang aman dan sanitasi. Berbagai instrumen keuangan inovatif, seperti jaminan keuangan, asuransi, subsidi, hibah ekuitas, dan dana persiapan proyek, digunakan untuk menarik modal swasta ke sektor air dan sanitasi. Namun, kurangnya persepsi risiko yang rendah dan kurangnya pendapatan yang dapat diprediksi untuk mendukung proyek air tetap menjadi kendala utama.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan pada tahun 2022 bahwa setidaknya 1,7 miliar orang secara global menggunakan sumber air minum yang terkontaminasi tinja. Kontaminasi mikroba ini merupakan risiko terbesar bagi keamanan air minum, yang dapat menularkan penyakit seperti diare, kolera, disentri, tifus, dan polio, yang diperkirakan menyebabkan sekitar 505.000 kematian akibat diare setiap tahun. Situasi ini menggarisbawahi urgensi diskusi yang berlangsung di World Water Week 2025.
World Water Week 2025 berfungsi sebagai platform vital untuk kolaborasi antara pemerintah, bisnis, akademisi, pemuda, dan masyarakat sipil. Tujuannya adalah untuk menerjemahkan pengetahuan tentang air menjadi solusi yang dapat ditindaklanjuti demi masa depan yang berkelanjutan dan tangguh terhadap iklim. Banyak sesi akan tersedia secara daring bagi mereka yang tidak dapat hadir secara langsung, memastikan jangkauan global dari diskusi penting ini.