Tiongkok akan menjadi tuan rumah perayaan besar pada 3 September 2025 untuk menandai 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II, yang dikenal sebagai Hari Kemenangan. Puncak acara akan berupa parade militer megah di Beijing, yang tidak hanya akan mengenang sejarah tetapi juga memproyeksikan kekuatan dan dinamika geopolitik kontemporer.
Acara ini diprediksi akan dihadiri oleh para pemimpin dunia, termasuk Presiden Tiongkok Xi Jinping, Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, dan Presiden Rusia Vladimir Putin, yang menggarisbawahi penguatan hubungan strategis antara ketiga negara. Diperkirakan sekitar 26 kepala negara dan pemerintahan akan hadir, termasuk dari negara-negara Asia Tenggara seperti Indonesia, Malaysia, dan Vietnam. Namun, tidak ada pemimpin dari negara-negara Eropa Barat utama yang dijadwalkan hadir, kecuali Perdana Menteri Slovakia. Kehadiran para pemimpin ini menempatkan acara ini sebagai forum diplomasi penting, yang dipandang sebagai upaya Tiongkok untuk menegaskan posisinya di panggung dunia dan memperkuat aliansi strategisnya.
Parade yang rencananya akan berlangsung selama 70 menit di Lapangan Tiananmen ini akan menampilkan berbagai aset militer Tiongkok yang paling mutakhir. Publik akan disuguhkan demonstrasi persenjataan canggih, termasuk rudal hipersonik, jet tempur siluman, dan drone bawah air, yang mencerminkan kemajuan pesat dalam kapabilitas pertahanan Tiongkok. Lebih dari puluhan ribu personel militer dari berbagai angkatan akan berbaris, menunjukkan kesiapan dan profesionalisme Tentara Pembebasan Rakyat (PLA). Ini akan menjadi kali pertama formasi kekuatan militer baru Tiongkok ditampilkan secara komprehensif di hadapan audiens internasional.
Secara historis, perayaan ini memperingati berakhirnya Perang Perlawanan Tiongkok melawan Agresi Jepang dan Perang Anti-Fasisme Dunia. Tiongkok menanggung beban besar selama konflik tersebut, dengan lebih dari 35 juta korban jiwa dari kalangan militer dan sipil. Parade ini menjadi pengingat akan ketahanan bangsa dan pengorbanan yang telah dilakukan demi perdamaian. Dalam konteks yang lebih luas, acara ini mencerminkan upaya kolektif untuk menjaga stabilitas global dan menghormati hasil kemenangan perang, sekaligus menegaskan komitmen terhadap perdamaian dan pembangunan berkelanjutan.