Pada 27 Agustus 2025, Israel melancarkan serangan udara terhadap bekas barak militer di Kiswah, barat daya pedesaan Damaskus, Suriah. Serangan ini merupakan eskalasi kedua dalam 24 jam dan terjadi di tengah upaya diplomatik antara Suriah dan Israel untuk meredakan ketegangan regional.
Kiswa dan Jabal Manea memiliki sejarah sebagai pos terdepan militer yang signifikan, yang pernah digunakan oleh milisi terafiliasi Iran. Lokasi-lokasi ini kini menjadi fokus perhatian dalam dinamika keamanan Timur Tengah. Serangan ini menimbulkan pertanyaan mengenai dampaknya terhadap pembicaraan keamanan yang sedang berlangsung antara Damaskus dan Tel Aviv, yang dinilai dapat menguji ketahanan proses diplomatik dan menimbulkan ketidakpastian bagi stabilitas regional.
Pakar keamanan internasional, Dr. Sugeng Riyanto dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, menyatakan bahwa Israel cenderung melakukan serangan terbatas untuk mengukur respons lawan dan komunitas internasional, mencerminkan peningkatan kepercayaan diri Israel akibat minimnya konsekuensi atas tindakan mereka di wilayah lain. Kementerian Luar Negeri Suriah mengecam serangan tersebut sebagai pelanggaran Piagam PBB dan hukum internasional, serta menuding Israel melakukan pelanggaran tambahan termasuk penyusupan dan penangkapan warga sipil.
Situasi ini menyoroti tantangan dalam upaya stabilisasi kawasan dan penanganan isu-isu keamanan yang saling terkait. Peristiwa ini terjadi di saat Israel meningkatkan operasinya di Suriah selatan, bertepatan dengan pembicaraan keamanan yang bertujuan mengurangi ketegangan. Keberlanjutan dialog dan potensi kerangka kerja sama di masa depan kini menghadapi ujian berat di tengah aksi militer yang terus berlanjut.