Teheran, Iran – Iran menyampaikan peringatan tegas terhadap pembangunan koridor transit strategis yang diusulkan melalui Armenia selatan, yang dikenal sebagai Rute Trump untuk Perdamaian dan Kemakmuran Internasional (TRIPP). Koridor ini merupakan bagian integral dari perjanjian damai yang ditengahi oleh Presiden AS Donald Trump antara Armenia dan Azerbaijan, yang bertujuan untuk menyelesaikan konflik Nagorno-Karabakh.
Ali Akbar Velayati, penasihat senior Pemimpin Tertinggi Iran, menyatakan keberatan kerasnya terhadap proyek tersebut, menekankan bahwa Iran tidak akan mengizinkan koridor tersebut menjadi "gerbang bagi tentara bayaran Trump" melainkan akan menjadi "kuburan bagi mereka." Pernyataan ini menggarisbawahi kesiapan Iran untuk mencegah perubahan geopolitik di kawasan tersebut, yang dibuktikan dengan latihan militer yang dilakukan di Iran barat laut. Iran memandang koridor yang diusulkan ini sebagai potensi pergeseran kekuatan regional yang dapat mengancam stabilitas dan keamanan di Kaukasus Selatan, serta memutus koneksi Iran dengan Armenia. Kementerian Luar Negeri Iran, meskipun menyambut baik penyelesaian perjanjian damai antara Armenia dan Azerbaijan sebagai langkah penting menuju perdamaian abadi, juga menyuarakan keprihatinan mendalam terhadap "konsekuensi negatif dari campur tangan asing apa pun, terutama di dekat perbatasan bersama, yang dapat merusak keamanan dan stabilitas jangka panjang kawasan." Iran menekankan bahwa setiap proyek komunikasi dan pembukaan jaringan transportasi harus dilakukan "dalam kerangka kepentingan bersama, dengan menghormati kedaulatan nasional dan integritas teritorial, dan tanpa campur tangan asing."
Perjanjian damai yang ditandatangani pada 8 Agustus 2025, di Gedung Putih, memberikan hak pengembangan eksklusif kepada Amerika Serikat untuk koridor tersebut. Koridor ini dirancang untuk menghubungkan Azerbaijan dengan eksklave Nakhchivan-nya, melewati wilayah Armenia. Iran telah lama menentang apa yang juga dikenal sebagai koridor Zangezur, karena kekhawatiran bahwa koridor tersebut akan memutus akses Iran ke Armenia dan Kaukasus yang lebih luas, sekaligus membawa kehadiran asing di dekat perbatasannya. Iran menegaskan haknya untuk "membela kepentingannya dengan cara yang sangat kuat." Sikap Iran ini mencerminkan dinamika geopolitik yang kompleks di Kaukasus Selatan, di mana kepentingan regional dan pengaruh kekuatan besar terus bersaing. Sementara Azerbaijan dan Turki menyambut baik koridor tersebut, Rusia menyarankan bahwa solusi harus dikembangkan oleh negara-negara di kawasan itu sendiri, tanpa campur tangan Barat. Perkembangan ini menyoroti ketegangan geopolitik yang berkelanjutan dan perbedaan kepentingan nasional di kawasan strategis ini, terutama terkait dengan koridor transit dan pengaruh kekuatan global dalam penyelesaian pasca-konflik. Kurangnya kejelasan mengenai detail implementasi penting untuk koridor TRIPP, seperti bea cukai dan langkah-langkah keamanan, menimbulkan pertanyaan mengenai kelayakan praktis dan potensi perselisihan di masa depan.