Pada ajang International Astronautical Congress (IAC) 2025 yang diselenggarakan di Sydney, Australia, Starlab Space memamerkan sebuah maket berskala penuh dari stasiun luar angkasa komersial mereka yang akan datang. Pameran ini menampilkan desain inovatif dan kapabilitas yang dirancang untuk misi luar angkasa masa depan, menandai langkah signifikan dalam evolusi kehadiran manusia di orbit Bumi. Stasiun ini dirancang untuk menampung hingga empat astronot dan melakukan lebih dari 400 eksperimen setiap tahun.
Maket tersebut menyoroti interior yang luas dengan jendela besar yang menawarkan pemandangan memukau, rak muatan yang dapat disesuaikan, serta lengan robotik eksternal yang dipasok oleh MDA Space, mitra kunci dari Kanada. Stasiun ini dirancang dengan tiga tingkat volume utama. Tingkat pertama didedikasikan untuk sistem pendukung kehidupan esensial, fasilitas sanitasi, dan peralatan olahraga bagi kru. Tingkat kedua menyediakan ruang substansial untuk penelitian dan demonstrasi teknologi, setara dengan 130 loker middeck. Sementara itu, tingkat ketiga difokuskan pada akomodasi kru, lengkap dengan jendela observasi yang menghadap Bumi dan cakrawala.
Kehadiran maket ini di IAC 2025 menarik perhatian banyak pengunjung, termasuk anak-anak pada hari publik kongres, yang menunjukkan kekaguman terhadap desain dan fungsionalitasnya. Matt Magaña dari Voyager Technologies menggarisbawahi skala stasiun yang mengesankan, menyatakan bahwa Starlab akan memiliki kapasitas yang setara dengan International Space Station (ISS). Starlab Space merupakan usaha patungan global yang dipimpin oleh Amerika Serikat, dengan mitra-mitra terkemuka seperti Voyager Technologies, Airbus, Mitsubishi Corporation, MDA Space, dan Palantir Technologies. Space Applications Services, spesialis integrasi teknik dan muatan, baru-baru ini bergabung sebagai mitra dan investor, membawa pengalaman luas dalam sistem luar angkasa dan operasi misi.
Saber Astronautics, yang memiliki basis di Australia dan Amerika Serikat, akan berperan sebagai mitra saluran dan implementasi, fokus pada pengembangan bisnis dan keterlibatan pelanggan untuk platform mikrogravitasi Starlab. Dalam persiapan manufaktur, Starlab telah memilih Vivace Corp. untuk membangun struktur utama berbasis aluminium. Produksi ini akan dilakukan di New Orleans, dengan pengembangan dan pengujian lebih lanjut di Michoud Assembly Facility milik NASA. CEO Starlab Space, Marshall Smith, menekankan pentingnya tonggak manufaktur ini, menyatakan bahwa kolaborasi ini krusial untuk mewujudkan visi ekosistem komersial pasca-ISS.
Stasiun luar angkasa Starlab dirancang untuk masa operasional selama 30 tahun, bertujuan untuk memastikan keberadaan manusia yang berkelanjutan di orbit Bumi rendah untuk penelitian dan aktivitas komersial. Peluncuran perdana stasiun ini diproyeksikan pada tahun 2029 menggunakan wahana peluncuran SpaceX Starship, yang akan memfasilitasi transisi mulus dari era International Space Station. Program Starlab telah menerima pendanaan lebih dari $217,5 juta dari program Commercial LEO Destinations (CLD) NASA. Starlab sendiri merupakan hasil dari kemajuan teknologi yang memungkinkan pengiriman stasiun yang sepenuhnya fungsional dalam satu kali peluncuran, sebuah pendekatan yang berbeda dari perakitan modular ISS yang memakan waktu bertahun-tahun. Hal ini memungkinkan Starlab untuk beroperasi dalam hitungan minggu setelah mencapai orbit, mempercepat ketersediaan penelitian dan manufaktur bagi pelanggan global. Pengembangan stasiun luar angkasa komersial seperti Starlab diharapkan dapat mendorong jalur baru untuk penemuan ilmiah dan aktivitas ekonomi di orbit, berkontribusi pada proyeksi ekonomi luar angkasa bernilai multi-triliun dolar.
Kemitraan global ini, yang mencakup entitas dari AS, Eropa, Jepang, dan Kanada, memperkuat jaringan mitra internasional yang melanjutkan warisan kolaborasi ISS melalui entitas komersial. Dengan selesainya Preliminary Design Review (PDR) pada awal 2025, Starlab siap untuk melanjutkan ke tahap desain rinci dan pengembangan perangkat keras, termasuk pembangunan laboratorium integrasi sistem dan pengujian komponen kritis. Starlab juga akan memanfaatkan teknologi AI dari Palantir Technologies untuk operasi yang cerdas dan efisien, termasuk penggunaan "digital twin" untuk optimalisasi sumber daya dan perencanaan misi.