Para peneliti dari Universitas Kyoto telah mencapai terobosan signifikan dalam reproduksi untuk eksplorasi luar angkasa. Mereka berhasil membekukan sel punca sperma tikus di Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) selama enam bulan. Setelah kembali ke Bumi, sel-sel ini digunakan untuk menghasilkan keturunan yang sehat.
Studi yang diterbitkan pada 15 Agustus 2025, di jurnal Stem Cell Reports, melibatkan pembekuan sel sebelum dikirim ke ISS, di mana sel-sel tersebut disimpan dalam freezer. Setelah kembali, sel-sel tersebut dicairkan dan dikembangkan di laboratorium. Sel-sel ini kemudian ditransplantasikan ke dalam testis tikus, yang menghasilkan keturunan sehat melalui perkawinan alami. Tikus yang baru lahir menunjukkan ekspresi gen yang normal dan tampak sehat.
Penelitian ini sangat penting untuk memahami kelangsungan hidup sel germinal selama perjalanan luar angkasa yang diperpanjang, menawarkan wawasan berharga tentang potensi pelestarian garis benih manusia pada misi jangka panjang. Para ilmuwan awalnya memperkirakan radiasi luar angkasa akan berdampak negatif lebih signifikan pada sel punca dibandingkan dengan pembekuan. Namun, hasil penelitian menunjukkan perbedaan minimal antara sel sebelum dan sesudah perjalanan luar angkasa, menunjukkan bahwa pembekuan itu sendiri mungkin memiliki efek yang lebih besar daripada paparan luar angkasa.
Tim peneliti, yang dipimpin oleh penulis pertama Mito Kanatsu-Shinohara, membekukan sel punca spermatogonia—sel prekursor yang berkembang menjadi sperma—dan mengirimkannya ke ISS, di mana mereka disimpan dalam freezer selama enam bulan. Setelah kembali ke Bumi, sel-sel tersebut tidak menunjukkan kelainan yang tampak dan berhasil ditransplantasikan ke dalam testis tikus. Tiga hingga empat bulan setelah transplantasi, sel-sel yang diawetkan di luar angkasa menghasilkan keturunan yang sehat melalui perkawinan alami.
Temuan ini menunjukkan bahwa sel germinal yang dibekukan dapat mempertahankan kesuburan setidaknya selama enam bulan di lingkungan luar angkasa. Hasilnya mengejutkan para peneliti, yang awalnya memprediksi bahwa perjalanan luar angkasa akan lebih berbahaya daripada pembekuan karena sensitivitas terhadap radiasi. Tim menemukan bahwa hidrogen peroksida yang digunakan dalam pembekuan sebenarnya membunuh lebih banyak sel daripada paparan radiasi luar angkasa.
Meskipun hasil langsungnya menggembirakan, para peneliti menekankan bahwa pemantauan kesehatan jangka panjang tetap penting. Para peneliti berencana untuk mempelajari efek kesehatan di seluruh masa hidup keturunan generasi pertama dan generasi berikutnya. Sel germinal beku tambahan masih berada di ISS untuk eksperimen yang sedang berlangsung.