Lagu 'Ordinary': Dari Pop Biasa Menjadi Sebuah Doa

Penulis: Inna Horoshkina One

Subtitle: Alex Warren - Ordinary (Live From Love Is Blind)

Ada lagu yang muncul ke permukaan hanya sebagai trek tambahan dalam sebuah daftar putar. Namun, ada pula lagu yang hadir sebagai sebuah frasa yang kemudian diucapkan jutaan orang secara berbisik kepada diri mereka sendiri.

Apa yang terjadi pada lagu "Ordinary" adalah yang kedua.

Pada tahun 2025, Alex Warren, sosok yang sebelumnya dikenal publik melalui video pendek, meme, dan luapan kesedihan yang tersirat dalam liriknya, tiba-tiba melangkah ke panggung besar dengan album debutnya, You’ll Be Alright, Kid. Dunia merespons dengan suara serempak: kami mendengar Anda. Single "Ordinary" menjadi inti dari narasi ini. Liriknya sederhana, ritmenya seperti barisan mars, diperkuat oleh paduan suara gospel, dan visualnya menampilkan Warren bernyanyi di hadapan istri, teman-teman, serta orang-orang yang merasakan hal yang sama persis.

Ini bukan lagi sekadar lagu tentang hubungan asmara biasa. Ini telah menjelma menjadi ritual kecil: tentang bagaimana cara bangkit kembali dalam hidup setelah orang-orang yang menjadi alasanmu bernapas telah tiada.

Dari Dunia Maya Menuju Jantung Kehidupan Nyata

Riwayat hidup Alex terasa seperti skenario yang terlalu sering ditulis dalam kesunyian. Ayahnya sakit dan meninggal, masa kecil yang penuh kesulitan, kehilangan ibunya, dan upayanya bertahan hidup dengan mengandalkan lelucon serta konten-konten singkat.

Awalnya, internet berfungsi sebagai perisai dan topeng baginya. Namun, secara bertahap, di situlah lagu-lagu pertamanya mulai muncul—mentah, jujur, dan terkadang terasa canggung.

You’ll Be Alright, Kid menandai momen ketika ia berhenti bersembunyi di balik konten dan tampil di hadapan publik bukan lagi sebagai karakter, melainkan sebagai manusia seutuhnya. Ia tidak sempurna, tidak dibuat-buat rapi, melainkan hidup—lengkap dengan suara yang bergetar, tarikan napas yang tersendat, pengakuan atas kehilangan, dan keyakinan.

Respon dunia sangat nyata: lagu itu mulai merangkak naik di tangga lagu, diputar di radio, terdengar di stadion, terputar di ponsel, dan yang paling penting, hadir dalam momen-momen pribadi banyak orang yang bahkan tidak pernah ia temui.

Membongkar Isi "Ordinary"

Jika kita membedah lagu ini menjadi elemen-elemennya, strukturnya hampir menyerupai doa kontemporer:

  • Ritme Mars—seperti langkah kaki dalam sebuah prosesi.

  • Paduan Suara Gospel—seperti suara mereka yang mendukung, bahkan saat kita sendiri mulai meragukan diri.

  • Lirik Sederhana, tanpa metafora rumit atau formula filosofis yang 'benar'—hanya pengakuan jujur: mungkin kehidupan kita yang biasa ini adalah sebuah keajaiban, asalkan kita benar-benar hadir di dalamnya.

  • Dan justru kata "ordinary" yang sederhana, yang nyaris seperti percakapan biasa, inilah yang menjadi titik kekuatan. Sebab, dunia modern justru mengajarkan hal sebaliknya: jadilah istimewa, luar biasa, sangat sukses, buktikan bahwa dirimu lebih dari sekadar 'biasa'.

    Lagu Alex membalikkan formula ini: menjadi hidup, penuh kasih, dan penuh perhatian sudah lebih dari cukup. Anda tidak diwajibkan menyelamatkan alam semesta. Terkadang, pencapaian terbesar adalah tetap menjadi diri sendiri dan tidak menutup hati.

    Album sebagai Peta Penyembuhan

    You’ll Be Alright, Kid terdengar seolah-olah seseorang telah menata tahapan berbeda dalam menghadapi rasa sakit ke dalam setiap trek:

    • Penolakan dan kemarahan;

  • Upaya bersembunyi dalam ironi dan penghancuran diri;

  • Perjalanan panjang menuju penerimaan;

  • Tunas-tunas keyakinan yang rapuh bahwa 'kamu akan baik-baik saja'—bukan karena dunia sempurna, tetapi karena kamu berhenti melawan dirimu sendiri.

  • Bagaimana Planet Merasakannya

    Jika dilihat lebih luas, kisah Alex bukan hanya tentang satu artis saja. Pada dekade 2020-an, dunia sedang mengalami kelelahan massal: isolasi, kehilangan, kecemasan, dan kebisingan informasi yang tiada henti. Kita terus-menerus ditawarkan pilihan untuk 'memakai topeng kesuksesan' atau tenggelam dalam sinisme.

    Lagu seperti "Ordinary" melakukan hal ketiga: mereka menormalkan kerapuhan. Ini bukan lagu protes atau pelarian. Ini adalah suara seseorang yang berkata: 'Hal yang tidak saya pilih telah terjadi pada saya, tetapi saya memilih untuk terus mencintai, mengingat, dan melangkah maju.'

    Ketika jutaan orang secara bersamaan menyanyikan pilihan ini—bahkan hanya melalui earphone—itu juga menjadi fenomena global, namun pada level medan emosional planet ini.

    Apa Kontribusi Ini pada Suara Dunia?

    Seandainya Bumi memiliki spektrum emosi yang terlihat, pada tahun 2025 melalui "Ordinary" dan You’ll Be Alright, Kid, beberapa corak penting jelas telah ditambahkan ke spektrum tersebut:

    1. Kesedihan yang Jujur. Bukan yang didramatisasi atau dibuat-buat, melainkan yang diterima. Dunia belajar untuk tidak lari dari rasa sakit, melainkan mengakuinya sebagai bagian dari musik kehidupannya.

  • Keyakinan yang Tenang. Bukan religiusitas yang lantang, melainkan keyakinan batin bahwa 'saya akan melewatinya'. Lagu ini tidak menjanjikan keajaiban, tetapi memberikan ritme agar lebih mudah melangkah maju.

  • Nilai dari yang 'Biasa'. Di era sensasi dan kilatan cahaya, album ini mengingatkan: kopi pagi, pelukan, pesan 'sudah sampai', tawa bersama—itu bukan latar belakang, itu adalah panggung utama.

  • Izin untuk Menjadi Diri Sendiri. Anda bisa terluka dan tetap layak dicintai. Anda bisa tampil di hadapan orang lain dalam kondisi tidak sempurna—dan tetap didengar serta diterima.

  • Inilah karunia terbesar dari musik semacam ini: ia secara diam-diam mengingatkan kita masing-masing akan hak untuk menjadi diri sendiri—tidak sempurna, tidak selalu lantang, tidak selalu sukses, tetapi hidup, merasakan, dan otentik.

    13 Tampilan

    Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?

    Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.

    Lagu 'Ordinary': Dari Pop Biasa Menjadi Se... | Gaya One