Proyek Fruitprint tengah mengembangkan terobosan signifikan untuk memperpanjang daya tahan simpan komoditas buah dan sayuran melalui pemanfaatan molekul bioaktif alami. Inisiatif ini merupakan respons krusial terhadap tuntutan global untuk menekan angka pemborosan pangan dan mengurangi jejak karbon sektor agribisnis. Para peneliti memusatkan perhatian pada senyawa karotenoid dan apokarotenoid, kelompok molekul yang dikenal luas memiliki kapasitas antioksidan tinggi, yang diyakini dapat memperlambat proses pematangan alami.
Pendekatan berbasis molekul alami ini menawarkan alternatif yang lebih selaras dengan lingkungan dibandingkan metode konvensional. Praktik lama, seperti penyimpanan dengan atmosfer terkontrol atau penggunaan penghambat kimiawi seperti 1-MCP, seringkali memberikan dampak kurang ideal pada mutu akhir produk. Sebagai kontras, pentingnya penanganan pascapanen yang baik disoroti oleh contoh buah jambu biji 'Kristal', yang rentang simpannya alami hanya berkisar antara dua hingga tujuh hari, menegaskan urgensi inovasi yang diusung Proyek Fruitprint.
Karotenoid, yang memberikan spektrum warna dari kuning, jingga, hingga merah pada tanaman seperti wortel dan tomat, adalah tetraterpenoid yang tersusun dari delapan unit isoprena, sehingga mengandung 40 atom karbon. Senyawa turunan dengan rantai karbon lebih pendek dari 40 unit disebut apokarotenoid. Selain fungsi pewarna alami yang diminati industri, peran terpenting karotenoid adalah sebagai antioksidan dan kontributor dalam fotosintesis. Beberapa jenis, seperti beta-karotena, bahkan dapat bertransformasi menjadi vitamin esensial, di mana satu molekul dapat menghasilkan dua molekul vitamin A.
Selain inovasi molekuler, penelitian juga menunjukkan potensi material alami. Penggunaan nano zeolit dalam kemasan terbukti efektif menyerap etilen, hormon pematangan yang dilepaskan buah dan sayur, sehingga memperpanjang umur simpan secara substansial. Sebagai ilustrasi, nano zeolit berhasil memperpanjang simpan pisang dan cabai merah hingga 30 hari pada suhu 12-14°C. Pengembangan metode berbasis molekul alami ini menggarisbawahi bahwa potensi menjaga kesegaran dan nilai gizi produk alamiah tersimpan dalam struktur paling dasarnya, membuka jalan bagi sistem distribusi pangan yang lebih tangguh.