Italia kembali menegaskan posisinya sebagai pusat produksi pasta dunia, sebuah pencapaian yang menggarisbawahi kekuatan warisan kuliner negara tersebut. Berdasarkan data terbaru tahun 2024, Italia memproduksi sekitar 4,2 juta ton pasta, menyumbang secara signifikan sebesar 68% dari total keluaran Uni Eropa. Kontribusi ini menghasilkan nilai ekonomi sebesar 6,2 miliar euro, menunjukkan betapa produk pangan ikonik ini menjadi penopang perekonomian yang kokoh.
Di tingkat domestik, warga Italia tetap memegang rekor sebagai konsumen per kapita terbesar di dunia, dengan rata-rata konsumsi mencapai 23,3 kg per tahun. Angka ini menempatkan mereka di atas negara-negara dengan konsumsi tinggi lainnya seperti Tunisia dan Venezuela. Meskipun demikian, dinamika pasar domestik Italia mulai menunjukkan perubahan seiring tren kesehatan global, termasuk meningkatnya popularitas diet rendah karbohidrat, yang dilaporkan memicu penurunan penjualan pasta dari tahun ke tahun.
Dari perspektif perdagangan internasional, ekspor pasta Italia menunjukkan pertumbuhan yang mengesankan. Volume ekspor melampaui 2,4 juta ton, menandai peningkatan sebesar 9,1% dibandingkan periode sebelumnya, dengan nilai mencapai 4,02 miliar euro. Pasar utama yang menyerap volume ekspor ini adalah Jerman, Amerika Serikat, dan Britania Raya, membuktikan bahwa daya tarik pasta Italia telah meluas melampaui batas geografis tradisionalnya.
Pasta secara intrinsik merupakan elemen fundamental dalam Diet Mediterania, pola makan yang diakui secara luas karena manfaatnya bagi kesehatan jangka panjang, termasuk potensi mengurangi risiko penyakit jantung. Diet ini mengedepankan bahan alami seperti minyak zaitun, sayuran segar, dan biji-bijian utuh, di mana pasta gandum utuh dapat menjadi bagian integralnya. Industri Italia terus berupaya menyeimbangkan tuntutan modernisasi dengan pelestarian otentisitas rasa yang telah mengakar.
Sebagai fenomena global, tren konsumsi juga mencerminkan kesadaran yang lebih luas terhadap sumber bahan baku. Terdapat eksplorasi inovasi produk yang menarik, termasuk upaya di beberapa wilayah untuk mengombinasikan tepung terigu dengan tepung lokal seperti tepung talas, demi menciptakan produk setengah jadi yang lebih fleksibel dan berkelanjutan. Adaptasi terhadap kebutuhan konsumen, termasuk preferensi yang meningkat terhadap produk halal di pasar global, menjadi fokus penting bagi pelaku industri untuk memastikan relevansi di masa depan.
