Lonjakan Pasar Barang Mewah Bekas: Keberlanjutan dan Aksesibilitas Digital Mendorong Pertumbuhan

Pasar barang mewah bekas global diproyeksikan mencapai sekitar 38 miliar dolar AS pada tahun 2025, menunjukkan lonjakan signifikan yang didorong oleh pergeseran preferensi konsumen. Generasi milenial dan Gen Z menjadi penggerak utama tren ini, mencari barang unik dan terjangkau sambil menunjukkan kesadaran lingkungan yang tinggi. Bagi mereka, membeli barang mewah bekas adalah bentuk dukungan terhadap ekonomi sirkular dan pengurangan dampak lingkungan.

Laporan dari Boston Consulting Group (BCG) mengindikasikan bahwa 70% konsumen kini menghargai aspek keberlanjutan dari barang bekas, meningkat dari 62% pada tahun 2018. Kemajuan teknologi, termasuk kecerdasan buatan (AI) dan analisis data, berperan penting dalam meningkatkan kepercayaan konsumen. Teknologi ini membantu dalam otentikasi barang, memastikan keaslian produk, dan mempersonalisasi pengalaman belanja. Perusahaan seperti Entrupy menggunakan AI dengan tingkat akurasi hingga 99,1% untuk memverifikasi keaslian barang mewah, memberikan rasa aman bagi pembeli.

Merek-merek mewah ternama mulai merangkul pasar barang bekas dengan meluncurkan program pembelian kembali (buy-back) atau bermitra dengan platform resale terkemuka. Langkah ini tidak hanya memperluas jangkauan pasar tetapi juga memperkuat loyalitas merek. Wilayah Amerika Utara dan Asia-Pasifik, khususnya Jepang, Korea Selatan, dan Tiongkok, menunjukkan pertumbuhan kuat dalam pasar barang mewah bekas, didorong oleh adopsi digital yang tinggi dan penekanan pada keaslian produk.

Fenomena ini mencerminkan perubahan mendasar dalam cara pandang konsumen terhadap kemewahan, di mana nilai kini tidak hanya diukur dari harga atau merek, tetapi juga dari aspek keberlanjutan, keunikan, dan pengalaman yang ditawarkan. Pasar barang mewah bekas memberikan kesempatan bagi konsumen untuk mengekspresikan gaya pribadi mereka sambil berkontribusi pada praktik konsumsi yang lebih bertanggung jawab.