Eksperimen Pilihan Tertunda Konfirmasi Pengukuran Saat Ini Mempengaruhi Masa Lalu Kuantum
Diedit oleh: Irena I
Penelitian mutakhir dalam fisika kuantum, yang mencapai kemajuan signifikan hingga tahun 2025, terus menguji batas-batas pemahaman kita tentang realitas melalui eksperimen pilihan tertunda. Inti dari temuan ini adalah konfirmasi eksperimental bahwa keputusan pengukuran yang diambil pada saat ini secara kausal memengaruhi konfigurasi masa lalu dari sistem kuantum yang bersangkutan. Fenomena ini secara radikal menantang intuisi fisika klasik, di mana pengukuran hanya mengungkapkan keadaan yang sudah ada sebelumnya, bukan memengaruhinya. Eksperimen-eksperimen ini menunjukkan bahwa realitas pada skala subatomik sangat bergantung pada tindakan observasi.
Konsep eksperimental ini berawal dari fisikawan teoretis terkemuka, John Archibald Wheeler, yang mengajukan eksperimen pilihan tertunda pada tahun 1978, dengan versi yang lebih menonjol muncul pada tahun 1984. Wheeler bertujuan menyelidiki kondisi terkait waktu di mana sebuah foton bertransisi antara keadaan partikel dan gelombang. Eksperimen ini merupakan pengembangan dari eksperimen celah ganda klasik, yang pertama kali didemonstrasikan oleh Thomas Young pada tahun 1801 untuk mendukung sifat gelombang cahaya melawan teori korpuskular Newton. Dalam versi pilihan tertunda, keputusan untuk mengamati jalur foton dibuat setelah foton tersebut secara efektif telah melewati celah, namun hasilnya tetap menunjukkan pola interferensi atau non-interferensi seolah-olah keputusan telah dibuat sebelumnya.
Secara teknis, eksperimen ini sering melibatkan sistem optik dan sakelar ultra-cepat yang dilakukan di berbagai laboratorium penelitian di seluruh dunia. Dalam konteks eksperimen celah ganda, pengamatan jalur foton menyebabkan fungsi gelombangnya runtuh menjadi keadaan partikel, menghilangkan pola interferensi. Data kunci dari pengujian ini menunjukkan bahwa pola interferensi muncul atau menghilang persis seperti yang diharapkan jika pilihan telah dibuat di muka, bahkan ketika pilihan tersebut dibuat secara retroaktif. Hal ini menggarisbawahi prinsip komplementaritas, di mana sifat partikel (lokasi pasti) atau sifat gelombang (amplitudo) dapat diukur, tetapi tidak keduanya secara simultan.
Implikasi filosofis dan ilmiah dari temuan ini sangat mendalam, memicu perdebatan mengenai sifat realitas dan hubungan antara pengamat dan yang diamati. Para pionir fisika kuantum seperti Erwin Schrödinger, Werner Heisenberg, dan Niels Bohr telah meletakkan dasar teoretis untuk fenomena yang sekarang dikonfirmasi secara eksperimental ini. Meskipun eksperimen mengonfirmasi bahwa pengukuran saat ini mengurangi superposisi kuantum yang menggambarkan masa lalu, para ilmuwan menekankan bahwa ini tidak menyiratkan transfer informasi sejati secara retrokausal. Sebaliknya, ini menyoroti bahwa realitas kuantum memilih keadaan yang dapat diamati berdasarkan pertanyaan yang diajukan oleh pengaturan eksperimental pada saat pengukuran.
Penelitian terus berlanjut, dengan pengembangan versi baru yang melibatkan penyesuaian pada pembagi berkas pertama, seperti yang baru-baru ini direalisasikan oleh kelompok riset dari Universitas Ningbo dan Universitas Sains dan Teknologi Tiongkok pada Mei 2025. Versi kontemporer ini, termasuk eksperimen skala kosmik yang memanfaatkan cahaya dari galaksi miliaran tahun cahaya jauhnya, semakin memperkuat kesimpulan bahwa deskripsi klasik tentang foton yang memiliki ketanggaan selama perjalanannya adalah keliru. Kontinuitas penelitian ini menegaskan bahwa interpretasi mekanika kuantum tetap menjadi batas utama dalam fisika fundamental.
15 Tampilan
Sumber-sumber
Tom's Hardware
Wikipedia
The Delayed-choice quantum eraser experiment does not rewrite the past
Sciety Labs (Experimental)
The Australian National University (ANU)
Baca lebih banyak berita tentang topik ini:
Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?
Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.
