Ekstrak Kakao: Potensi Mengurangi Peradangan dan Meningkatkan Kesehatan Lansia

Diedit oleh: Maria Sagir

Penelitian terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal Age and Ageing menunjukkan bahwa konsumsi rutin suplemen ekstrak kakao dapat berkontribusi pada pengurangan penanda peradangan pada lansia.

Studi yang dilakukan oleh Massachusetts General Brigham ini menemukan bahwa asupan harian sebesar 500 mg flavanol kakao selama dua tahun menghasilkan penurunan tahunan sekitar 8% pada kadar high-sensitivity C-reactive protein (hs-CRP). Hs-CRP dikenal sebagai penanda yang berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit jantung dan stroke. Selain itu, peserta yang mengonsumsi ekstrak kakao juga menunjukkan peningkatan tahunan hampir 7% pada kadar interferon-gamma, sebuah protein krusial bagi fungsi sistem kekebalan tubuh. Hasil ini melengkapi data sebelumnya dari studi COSMOS yang menunjukkan bahwa asupan ekstrak kakao mengurangi angka kematian akibat penyakit kardiovaskular sebesar 27%.

Penelitian ini merupakan bagian dari uji coba Cocoa Supplement and Multivitamin Outcomes Study (COSMOS) yang melibatkan 598 partisipan berusia 60 tahun ke atas. Dr. Howard Sesso, salah satu penulis utama studi, menekankan pentingnya pola makan nabati yang beragam, termasuk konsumsi produk kakao yang kaya akan flavanol, untuk kesehatan kardiovaskular. "Hal ini memperkuat pentingnya pola makan nabati yang beragam dan berwarna-warni, terutama dalam konteks peradangan," ujar Sesso.

Flavanol, senyawa antioksidan yang melimpah dalam kakao, telah terbukti tidak hanya mengurangi peradangan tetapi juga mencegah pembekuan darah dan meningkatkan fungsi pembuluh darah. Temuan ini menambah bukti ilmiah yang terus berkembang mengenai manfaat kesehatan dari flavanol kakao, khususnya bagi populasi lansia. Studi sebelumnya juga telah mengaitkan konsumsi flavanol kakao dengan peningkatan memori dan perlambatan penurunan kognitif terkait usia pada lansia, meskipun para peneliti menekankan bahwa ini berbeda dari penyakit degeneratif seperti demensia.

Namun, para peneliti juga mengingatkan bahwa efek suplemen kakao dapat bervariasi tergantung pada faktor individu seperti pola makan dan gaya hidup secara keseluruhan. Oleh karena itu, konsultasi dengan profesional kesehatan sebelum memulai program suplementasi apa pun sangat disarankan.

Lebih lanjut, penelitian lain menunjukkan bahwa kulit buah kakao, yang seringkali menjadi limbah pertanian, juga memiliki potensi signifikan. Kulit kakao kaya akan senyawa fenolik seperti katekin dan epikatekin, yang dapat menghambat mediator pro-inflamasi seperti TNF-α dan IL-6. Beberapa studi juga mengeksplorasi aktivitas antibakteri dari ekstrak kulit kakao, menunjukkan potensinya sebagai alternatif alami untuk mengatasi masalah kulit seperti jerawat yang disebabkan oleh bakteri Propionibacterium acnes.

Penelitian ini membuka wawasan baru mengenai bagaimana kekayaan alam dapat dimanfaatkan untuk mendukung kesejahteraan, memberikan kesempatan bagi individu untuk mengambil peran aktif dalam menjaga vitalitas tubuh melalui pilihan nutrisi yang cerdas. Dengan memahami potensi bahan alami seperti kakao, kita dapat lebih menghargai hubungan erat antara alam dan kesehatan manusia, mendorong pendekatan yang lebih holistik dalam menjaga keseimbangan tubuh.

Sumber-sumber

  • Pravda.sk

  • Rapamycin Longevity News

  • Age and Ageing Journal

Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?

Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.