Pada tanggal 22 Oktober 2025, wilayah maritim India sedang menghadapi fenomena langka berupa pertemuan dua gangguan atmosfer signifikan. Situasi ini menuntut pengawasan ketat dari berbagai badan meteorologi di kawasan tersebut. Salah satu sistem yang menjadi perhatian utama, yang bermula di Teluk Benggala, telah menguat menjadi depresi dan kini telah mendarat di sepanjang pesisir Tamil Nadu.
Depresi yang berasal dari Teluk Benggala ini secara aktif menyerap kelembapan dalam jumlah besar dari lautan, yang kemudian menghasilkan curah hujan yang intens dan berkelanjutan di seluruh India bagian selatan. Dampak utamanya terasa di Tamil Nadu dan wilayah selatan Andhra Pradesh. Departemen Meteorologi India (IMD) telah melaporkan bahwa sistem ini diperkirakan akan semakin menguat menjadi depresi di atas Teluk Benggala barat daya dan barat-tengah yang berdekatan, di lepas pantai utara Tamil Nadu dan selatan Andhra Pradesh, dalam kurun waktu 12 jam berikutnya.
Setelah periode intensifikasi tersebut, sistem ini diprediksi akan bergerak ke daratan melintasi Tamil Nadu utara, Puducherry, dan Andhra Pradesh selatan. Curah hujan yang meluas telah tercatat di berbagai lokasi. Data menunjukkan bahwa Cuddalore mencatat 174 mm dan Puducherry mencatat 147 mm curah hujan antara hari Selasa dan Rabu pagi, menggarisbawahi kekuatan sistem cuaca ini.
Secara bersamaan, aktivitas ganda ini diperparah oleh area tekanan rendah lain yang teridentifikasi jelas di atas Laut Arab tenggara, yang juga telah menguat menjadi depresi. Sistem kedua ini berlokasi sekitar 630 km di sebelah barat daya Aminidivi (Lakshadweep) dan diprediksi akan bergerak perlahan menuju utara-barat laut selama dua puluh empat jam ke depan. Aktivitas simultan kedua sistem ini telah menjaga monsun timur laut tetap aktif. Akibatnya, peringatan curah hujan sangat lebat telah dikeluarkan untuk wilayah Tamil Nadu Utara, Puducherry, Karaikal, Pesisir Andhra Pradesh, dan Rayalaseema, berlaku untuk tanggal 22 Oktober.
Dampak dari masuknya kelembapan atmosfer secara besar-besaran tidak hanya terbatas pada wilayah pesisir yang terkena badai. Fenomena ini juga menciptakan efek cuaca sekunder yang terasa lebih jauh ke utara. Sebagai contoh, di Kolkata, suhu tertinggi pada siang hari berkisar antara 32°C dan 33°C, sementara suhu malam hari mendekati 25°C. Angka-angka ini dianggap menyimpang dari ekspektasi musiman yang biasa terjadi di wilayah tersebut, menunjukkan adanya gangguan pola cuaca.
Meskipun sistem Teluk Benggala tidak diperkirakan akan memberikan dampak langsung dan segera terhadap Benggala Barat selama periode perayaan saat ini, curah hujan ringan hingga sedang diperkirakan akan terjadi di area tersebut menjelang akhir pekan mendatang.
Dari sudut pandang ilmiah, analisis meteorologi menunjukkan bahwa kejadian pusaran simultan seperti ini sering kali terkait erat dengan konfigurasi spesifik dari fase Osilasi Madden-Julian (MJO). Selain itu, suhu permukaan laut di Laut Arab selama periode tahun 2025 ini menunjukkan anomali yang signifikan, melebihi 1,5°C di atas rata-rata jangka panjang. Kondisi termal yang tidak biasa ini menyediakan energi panas yang dibutuhkan untuk mempertahankan dan mengintensifkan kedua sistem ganda tersebut, menjadikannya ancaman cuaca yang patut diwaspadai.