Gerhana Bulan Total 'Blood Moon' Hiasi Langit Malam 7-8 September 2025
Diedit oleh: Tetiana Martynovska 17
Malam pergantian tanggal 7 ke 8 September 2025 menjadi saksi bisu fenomena astronomi spektakuler: gerhana bulan total, yang akrab disapa 'Blood Moon' atau Bulan Merah Darah. Peristiwa langka ini menyuguhkan pemandangan menakjubkan bagi mata yang menyaksikan di sebagian besar wilayah Asia, Afrika, dan Eropa, termasuk seluruh penjuru Indonesia.
Keunikan gerhana kali ini terletak pada penampakan bulan yang berubah warna menjadi kemerahan. Fenomena 'Blood Moon' ini terjadi ketika Bumi berada tepat di antara Matahari dan Bulan, sehingga bayangan Bumi menutupi permukaan bulan. Namun, bukan berarti bulan menjadi gelap gulita. Sebagian cahaya matahari yang melewati atmosfer Bumi akan terurai, menyebarkan warna biru dan membiarkan cahaya merah dengan panjang gelombang lebih panjang menembus dan menerangi bulan. Proses pembiasan cahaya inilah yang memberikan rona merah dramatis pada piringan bulan.
Bagi pengamat di Indonesia, gerhana ini menawarkan kesempatan emas untuk menyaksikan seluruh rangkaiannya. Fase gerhana penumbra dimulai sekitar pukul 22.26 WIB pada 7 September, diikuti fase gerhana sebagian pada pukul 23.26 WIB. Puncak fase totalitas, saat bulan sepenuhnya diselimuti bayangan inti Bumi dan menampilkan warna merahnya, diperkirakan terjadi pada pukul 01.11 WIB dini hari tanggal 8 September, dengan durasi totalitas yang berlangsung sekitar 82 menit. Ini menjadikannya salah satu gerhana bulan total terlama dalam dekade ini. Seluruh rangkaian gerhana diperkirakan berakhir pada pukul 03.56 WIB.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengonfirmasi bahwa fenomena ini dapat diamati dengan mata telanjang, tanpa memerlukan peralatan khusus. Namun, bagi mereka yang ingin menangkap detail permukaan bulan atau mengamati perubahan warna dengan lebih jelas, teleskop atau teropong bintang akan sangat membantu. Observatorium Bosscha dan lembaga astronomi lainnya juga menyediakan siaran langsung daring, memungkinkan siapa saja untuk menyaksikan keajaiban kosmik ini dari mana pun mereka berada.
Menariknya, gerhana bulan total kali ini terjadi hanya sekitar 2,7 hari sebelum bulan mencapai titik perigee, yaitu jarak terdekatnya dengan Bumi. Hal ini membuat bulan tampak sedikit lebih besar dari biasanya, menambah keindahan visualnya. Fenomena ini tidak hanya menjadi momen ilmiah yang berharga bagi para astronom untuk mempelajari atmosfer dan komposisi bulan, tetapi juga memiliki makna mendalam dalam berbagai tradisi budaya dan keagamaan, mengundang refleksi dan kekhusyukan.
Sumber-sumber
globo.com
Agência Brasil
AS.com
HuffPost España
Baca lebih banyak berita tentang topik ini:
Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?
Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.
