Fosil Alamosaurus New Mexico Menunjukkan Dinosaurus Berkembang Pesat Sebelum Dampak Asteroid

Penemuan paleontologis yang sangat signifikan di dalam Naashoibito Member, yang merupakan bagian dari Cekungan San Juan di wilayah New Mexico barat laut, kini memberikan cahaya baru yang menerangi periode terakhir keberadaan dinosaurus non-unggas. Sisa-sisa purba yang berhasil digali ini secara rinci menggambarkan sebuah ekosistem yang kompleks dan berada dalam kondisi puncak perkembangannya, yang masih eksis tepat sebelum peristiwa kepunahan massal yang terjadi secara katastrofik 66 juta tahun yang lalu. Temuan yang mengejutkan ini secara fundamental menantang narasi yang telah lama dipegang, yang sering kali menyiratkan bahwa populasi dinosaurus telah mengalami kemerosotan atau penurunan yang meluas jauh sebelum hantaman benda langit yang menjadi penyebab utama kepunahan tersebut.

Jika kita melihat ke Amerika Utara bagian utara, formasi geologis seperti Formasi Hell Creek dikenal karena menyimpan bukti spesies-spesies yang kita kenal, seperti Triceratops yang memiliki tanduk khas dan Edmontosaurus yang dikenal dengan paruh bebeknya. Namun, situs penggalian di New Mexico selatan justru menyajikan bukti yang jauh berbeda dan lebih megah: keberadaan Alamosaurus yang kolosal. Sauropoda raksasa ini, yang merupakan salah satu makhluk terbesar yang pernah menginjakkan kaki di planet Bumi, diperkirakan memiliki panjang tubuh yang mendekati 100 kaki (sekitar 30 meter) dan bobot yang melampaui 30 ton. Fakta bahwa herbivora sebesar ini masih makmur dan berkembang pesat di wilayah selatan hingga saat-saat terakhir menjelang dampak Chicxulub, menunjukkan adanya vitalitas regional yang luar biasa. Ini adalah bukti nyata yang kontradiktif terhadap segala anggapan mengenai adanya kemerosotan atau kelemahan ekosistem di benua tersebut menjelang akhir periode Kapur.

Dr. Andrew Flynn, seorang asisten profesor yang bertugas di New Mexico State University dan sekaligus menjadi penulis utama dalam studi penting ini, menekankan bahwa data yang mereka kumpulkan secara kuat mengindikasikan bahwa makhluk-makhluk purba yang luar biasa ini sedang aktif berkembang dan berinteraksi di seluruh lintang selatan Amerika Utara sesaat sebelum peristiwa kepunahan global. Untuk memastikan keakuratan temuan mereka, tim peneliti menggunakan serangkaian teknik kronologis yang sangat canggih. Metode yang diterapkan mencakup stratigrafi polaritas magnetik dan penanggalan radiometrik, yang memungkinkan mereka untuk menentukan usia fosil dengan presisi tinggi.

Melalui analisis yang ketat ini, mereka berhasil membatasi bukti keberadaan dinosaurus ini pada jendela waktu yang sangat sempit, yakni hanya 380.000 tahun, yang secara langsung mendahului batas akhir periode Kapur (end-Cretaceous boundary). Upaya penanggalan yang sangat teliti dan metodis ini, yang seluruh detailnya diuraikan dalam studi berjudul "Late-surviving New Mexican dinosaurs illuminate high end-Cretaceous diversity and provinciality," telah dipublikasikan secara resmi dalam jurnal bergengsi Science edisi 23 Oktober 2025.

Hasil penelitian ini memberikan penekanan penting bahwa dunia dinosaurus bukanlah entitas yang seragam atau monolitik. Sebaliknya, ia mengungkapkan adanya fauna regional yang berbeda dan khas, masing-masing dengan jalannya sendiri sebelum terjadi 'reset' global yang masif. Investigasi mendalam terhadap ekosistem selatan ini menunjukkan bahwa permadani kehidupan pada periode terminal tersebut jauh lebih kaya dan lebih tangguh daripada yang diasumsikan sebelumnya. Dengan demikian, narasi sejarah beralih dari hipotesis peluruhan yang lambat menjadi kesimpulan bahwa kepunahan terjadi secara mendadak dan dramatis, dipicu oleh kekuatan eksternal yang tak tertahankan, yaitu dampak kosmik Chicxulub yang mengakhiri era Mesozoikum secara tiba-tiba.