Sebuah penemuan ilmiah yang dilakukan di Taman Nasional Greater Kruger, Afrika Selatan, mengungkap temuan mengejutkan mengenai hierarki ketakutan di ekosistem sabana. Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Current Biology pada 5 Oktober 2023 ini menunjukkan bahwa mamalia Afrika menunjukkan respons penghindaran yang jauh lebih cepat terhadap rekaman suara manusia dibandingkan dengan auman singa, predator puncak yang secara tradisional dianggap paling menakutkan.
Hasil observasi terhadap 19 spesies mamalia, termasuk gajah dan badak, mengindikasikan bahwa hampir 95% dari mereka bereaksi melarikan diri lebih sigap saat mendengar vokalisasi manusia daripada suara predator alami. Temuan ini menempatkan kehadiran manusia, bahkan yang tidak berbahaya seperti wisatawan, sebagai sumber teror ekologis yang signifikan, melampaui ancaman yang ditimbulkan oleh singa, macan tutul, atau bahkan suara perburuan seperti gonggongan anjing dan tembakan.
Profesor Liana Zanette dari Western University, yang memimpin studi ini, menekankan bahwa dampak lingkungan dari ketakutan ini sangat luas, sebuah konsep yang ia sebut sebagai 'ekologi ketakutan'. Eksperimen dilakukan menggunakan kamera perangkap yang dilengkapi pengeras suara di dekat kubangan air selama musim kemarau. Rekaman suara yang diputar meliputi suara manusia berbicara santai dalam bahasa lokal seperti Tsonga, North Sotho, Inggris, dan Afrika, yang kemudian dibandingkan dengan auman singa.
Respons hewan-hewan seperti zebra, jerapah, hyena, kudu, dan babi hutan menunjukkan bahwa ketakutan terhadap manusia telah tertanam kuat, yang kemungkinan besar disebabkan oleh sejarah panjang interaksi yang berujung pada perburuan. Data menunjukkan hewan cenderung meninggalkan sumber air 40% lebih cepat dan dua kali lebih mungkin melarikan diri setelah mendengar suara manusia dibandingkan suara singa. Menariknya, ketika dihadapkan pada rekaman auman singa, beberapa gajah justru menunjukkan respons yang lebih konfrontatif, bahkan menyerang alat perekam, sebuah perilaku yang jarang terlihat saat mendengar suara manusia.
Implikasi dari temuan ini sangat penting bagi konservasi dan pengelolaan kawasan lindung. Jika ketakutan yang meluas ini memengaruhi cara hewan menjelajahi bentang alam, hal itu dapat mengubah dinamika rantai makanan secara keseluruhan. Namun, pemahaman mendalam mengenai pola respons ini membuka peluang untuk penerapan strategi perlindungan yang lebih cerdas, seperti memanfaatkan suara manusia yang direkam secara bijaksana sebagai alat pencegahan terhadap perburuan ilegal.