Angka Badak Meningkat di Kenya Berkat Upaya Konservasi yang Gigih

Diedit oleh: Olga Samsonova

Kenya telah mencatat keberhasilan luar biasa dalam upaya konservasi badak, yang ditandai dengan peningkatan signifikan pada populasi badak hitam dan putih. Populasi badak hitam melonjak dari 745 ekor pada tahun 2017 menjadi 1.059 ekor pada tahun 2024, sementara populasi badak putih juga menunjukkan pertumbuhan yang mengesankan, dari 513 ekor menjadi 1.041 ekor dalam periode yang sama. Angka-angka ini mencerminkan efektivitas strategi konservasi yang diterapkan secara konsisten dan terpadu.

Upaya konservasi yang terarah, seperti Rencana Pemulihan dan Aksi untuk Badak Hitam, menjadi kunci keberhasilan ini. Rencana ini berfokus pada penguatan penegakan hukum, perluasan habitat yang aman, serta pemanfaatan teknologi pemantauan canggih. Kenya Wildlife Service (KWS), sebagai lembaga utama yang bertanggung jawab, bekerja sama erat dengan berbagai mitra untuk memerangi perburuan liar dan memastikan kelangsungan hidup spesies yang terancam punah ini. KWS sendiri merupakan badan usaha milik negara yang didirikan berdasarkan Undang-Undang Konservasi dan Pengelolaan Satwa Liar tahun 1989, yang kini telah digantikan oleh Undang-Undang Konservasi dan Pengelolaan Satwa Liar tahun 2013, dengan mandat untuk melestarikan dan mengelola satwa liar di Kenya serta menegakkan hukum terkait.

Meskipun tren positif ini patut dirayakan, ancaman perburuan liar tetap menjadi tantangan serius. Insiden penangkapan dua individu pada Mei 2025 dengan barang bukti 2,2 kilogram cula badak, yang bernilai sekitar $15.444 USD, menegaskan bahwa perjuangan melawan kejahatan satwa liar masih panjang. Perburuan liar telah menjadi ancaman utama bagi badak hitam di Kenya, yang populasinya sempat merosot drastis dari sekitar 20.000 individu pada tahun 1970-an menjadi hanya sekitar 250 ekor pada tahun 1980-an.

Keberhasilan konservasi di Kenya juga didukung oleh berbagai program inovatif, seperti relokasi badak ke kawasan yang lebih aman dan memiliki kapasitas habitat yang memadai. Pada Januari 2024, KWS merencanakan pemindahan 21 badak hitam ke Konservasi Loisaba untuk meningkatkan populasi. Meskipun translokasi satwa liar memiliki risiko, seperti yang terjadi pada tahun 2018 ketika delapan dari sebelas badak yang direlokasi mati karena keracunan garam, strategi ini tetap dianggap penting untuk menjaga kelangsungan spesies. Selain itu, KWS juga aktif dalam program konservasi spesies lain yang terancam punah, seperti bongo gunung, dengan mempertimbangkan pendirian suaka khusus di lereng Gunung Kenya.

Upaya konservasi di Kenya tidak hanya dilakukan oleh KWS, tetapi juga melibatkan kerja sama erat dengan masyarakat lokal, pemerintah daerah, dan berbagai organisasi mitra. Keterlibatan komunitas sangat krusial dalam menjaga keberhasilan jangka panjang kawasan lindung. Pendekatan holistik ini, yang menggabungkan penegakan hukum yang ketat, perluasan habitat, pemantauan teknologi, serta kemitraan yang kuat, telah membuktikan diri sebagai fondasi yang kokoh bagi peningkatan populasi badak di Kenya.

Sumber-sumber

  • The Cool Down

  • The Star

  • Helping Rhinos

  • Africa Geographic

  • Kenya Wildlife Service

Apakah Anda menemukan kesalahan atau ketidakakuratan?

Kami akan mempertimbangkan komentar Anda sesegera mungkin.