Pasar saham India dibuka lebih tinggi pada 13 Agustus 2025, mengikuti optimisme global yang dipicu oleh data inflasi Amerika Serikat yang moderat. Indeks Nifty 50 naik 0,31% menjadi 24.563,25 poin, sementara BSE Sensex menguat 0,26% ke 80.427,58 poin.
Kenaikan ini didukung oleh data inflasi AS yang lebih rendah dari perkiraan, yang memicu reli di pasar global, serta perlambatan signifikan pada inflasi ritel India. Inflasi ritel India turun ke level terendah dalam delapan tahun di angka 1,55% pada Juli 2025, terutama karena penurunan harga pangan, yang berada di bawah kisaran target Bank Sentral India (RBI) sebesar 2% hingga 6%. Hal ini memberikan ruang bagi kebijakan moneter yang akomodatif.
Namun, kekhawatiran mengenai potensi tarif impor yang diberlakukan oleh Amerika Serikat terhadap barang-barang India, khususnya terkait pembelian minyak Rusia, sedikit meredam momentum kenaikan pasar. Ancaman tarif sebesar 50% yang diusulkan oleh AS dapat berdampak pada ekspor India yang mencapai sekitar 87 miliar dolar AS pada tahun 2024, dengan sektor-sektor seperti garmen, permata, dan perhiasan diperkirakan akan terkena dampak signifikan. Para eksportir dilaporkan berupaya untuk mengirimkan pesanan sebelum batas waktu 27 Agustus untuk memitigasi dampak tersebut.
Para analis memiliki pandangan yang beragam mengenai prospek pasar. Axis Securities memproyeksikan Nifty 50 dapat mencapai 27.600 pada Maret 2026 dalam skenario *bullish*, didukung oleh stabilitas politik dan penurunan suku bunga. Di sisi lain, InCred Equities memperkirakan target Nifty 50 sebesar 22.850 pada Maret 2026, menyoroti kekhawatiran terhadap penurunan laba perusahaan dan arus keluar dana asing. Performa pasar ke depan akan sangat bergantung pada perkembangan kondisi ekonomi global, tren inflasi domestik, dan perkembangan geopolitik, termasuk negosiasi tarif antara AS dan India.